Bisnis.com, JAKARTA — Bank Indonesia melaporkan posisi cadangan devisa per akhir April 2025 susut US$4,6 miliar atau setara Rp75,8 triliun (asumsi kurs Rp16.490 per US$) ke posisi US$152,5 miliar, bersamaan dengan langkah bank sentral melakukan intervensi terhadap rupiah.
Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Ramdan Denny Prakoso menyampaikan bahwa posisi cadangan devisa ini tetap tinggi, meski menurun dibandingkan posisi pada akhir Maret 2025 sebesar US$157,1 miliar.
“Perkembangan tersebut antara lain dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah dan kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah sebagai respons Bank Indonesia dalam menghadapi ketidakpastian pasar keuangan global yang makin tinggi,” ujarnya dalam keterangan resmi, Kamis (8/5/2025).
Sejak awal April saat masih libur operasi moneter karena Lebaran, Bank Indonesia melakukan intervensi khususnya di pasar NDF offshore.
Susutnya jumlah cadangan devisa ini tercatat menjadi terendah sejak November 2024, yang kala itu berada di level US$150,2 miliar.
Sementara penurunan sejumlah US$4,6 miliar pada April ini menjadi yang terdalam sejak Mei 2023. Kala itu, cadangan devisa turun US$4,9 miliar dari US$144,2 miliar menjadi US$139,3 miliar.
Baca Juga
Denny menyampaikan bahwa posisi cadangan devisa pada akhir April 2025 setara dengan pembiayaan 6,4 bulan impor atau 6,2 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
Dalam hal ini, Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.
Meskipun turun, Bank Indonesia memandang posisi cadangan devisa memadai untuk mendukung ketahanan sektor eksternal sejalan dengan tetap terjaganya prospek ekspor serta neraca transaksi modal dan finansial yang diprakirakan tetap mencatatkan surplus.
Denny menilai dengan cadangan devisa senilai US$152,5 miliar tersebut turut mendukung persepsi positif investor terhadap prospek perekonomian nasional dan imbal hasil investasi yang menarik.
“Bank Indonesia terus meningkatkan sinergi dengan Pemerintah dalam memperkuat ketahanan eksternal guna menjaga stabilitas perekonomian untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,” lanjut Denny.
Penurunan cadangan devisi ini telah diprediksi ekonom karena sejalan dengan intervensi rupiah usai sempat melebihi Rp17.100 per dolar AS di pasar NDF Hongkong, Eropa, maupun New York.
Ekonom PT Bank Danamon Indonesia Tbk. (BDMN) Hosianna Evalita Situmorang melihat cadangan devisa akan bertengger di rentang US$154 miliar hingga US$157 miliar per akhir April 2025.
Meski surplus perdagangan pada April meningkat, nilai tukar rupiah—yang sempat pulih usai BI melakukan intervensi—masih tertekan oleh faktor global, ketidakpastian pasar, dan berlanjutnya arus keluar dana asing dari pasar keuangan domestik.
“Dalam kondisi ini, Bank Indonesia diperkirakan akan tetap aktif melakukan intervensi guna menjaga stabilitas rupiah,” ujarnya kepada Bisnis, Rabu (7/5/2025).
Terpisah, Kepala Departemen Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas (DPMA) Bank Indonesia Erwin Gunawan Hutapea menyampaikan upaya stabilisasi nilai tukar oleh BI dapat menahan pelemahan rupiah lebih lanjut, terlihat dari posisi rupiah sampai dengan 6 Mei 2025 telah menguat 2,7% dibandingkan 7 April 2025.
Penguatan rupiah berlanjut sejalan optimisme negosiasi AS dengan negara mitra, sehingga sepanjang Mei hingga 6 Mei 2025, kurs rupiah terhadap dolar di pasar spot menguat hampir 1%.