Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Realisasi Anggaran hingga Dividen Pengaruhi Kondisi DPK Bank pada Awal Tahun

Pertumbuhan DPK perbankan pada tiga bulan pertama 2025 sempat menguat pada Januari dan Februari, tetapi melambat pada Maret.
Ilustrasi likuiditas bank. /Freepik
Ilustrasi likuiditas bank. /Freepik

Bisnis.com, JAKARTA — Otoritas Jasa Keuangan (OJK) ungkap soal faktor pertumbuhan dana pihak ketiga alias DPK perbankan pada awal 2025.

Sebagai informasi, pertumbuhan DPK perbankan selama tiga bulan pertama tahun ini bervariasi setiap bulan. Pada Januari, DPK tumbuh sebesar 5,51% YoY. Pertumbuhan ini menguat dibandingkan dengan Desember 2024 yang sebesar 4,48% YoY.

Penguatan tersebut berlanjut pada Februari 2025 dengan kenaikan 5,75% YoY, tetapi berbalik melambat pada Maret 2025 menjadi 4,75% YoY.

Salah satu yang mempengaruhi pertumbuhan DPK pada awal tahun yaitu masyarakat konservatif dan memilih untuk berinvestasi pada instrumen yang berisiko rendah seperti emas dan Surat Berharga Negara (SBN). 

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengatakan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti realisasi anggaran pemerintah, kebutuhan perusahaan untuk membayar tunjangan hari raya (THR) dan dividen, serta minat konsumsi masyarakat. 

"Selanjutnya, volatilitas pasar keuangan yang cukup tinggi serta kondisi ekonomi global yang belum stabil menjadikan masyarakat utamanya perorangan berperilaku cenderung konservatif dan memilih untuk menyimpan dana dan berinvestasi pada instrumen yang berisiko rendah seperti emas dan SBN," kata Dian dalam paparannya, dikutip Rabu (14/5/2025). 

Dia memandang bahwa perilaku konservatif masyarakat dapat dipahami dan merupakan salah satu mekanisme yang wajar di tengah dinamika ekonomi saat ini.

Menurut data yang dijabarkan OJK, DPK perbankan tercatat tumbuh sebesar 4,75% secara tahunan atau (year-on-year/YoY) menjadi Rp9.010 triliun, dengan giro, tabungan, dan deposito masing-masing tumbuh sebesar 4,01%, 7,74%, dan 4,75% secara tahunan. 

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BRIS) sebelumnya menyampaikan komitmennya untuk tidak hanya bergantung pada sektor UMKM dalam mendorong pertumbuhan DPK, melainkan juga mulai memperkuat peran wholesale banking sebagai bagian dari strategi transformasi funding yang lebih sehat dan berkelanjutan.

Direktur Utama BRI Hery Gunardi sebelumnya mengungkapkan bahwa meskipun selama ini BRI dikenal sangat dominan dalam pembiayaan segmen UMKM, perseroan ingin memastikan pertumbuhan yang tidak hanya tinggi, tetapi juga sehat dan sustain.

"Selama ini BRI heavy di portfolio pembiayaan UMKM, tapi kami ingin BRI tumbuh sehat dan berkelanjutan. Tumbuh sehat itu tidak hanya dari sisi lending, tapi juga dari funding," kata Hery belum lama ini 

Dia menambahkan, dalam dunia perbankan, kekuatan utama sebenarnya ada pada sisi pendanaan, khususnya dana murah atau low-cost fund. Oleh karena itu, BRI sedang melakukan transformasi strategi pendanaan, termasuk memperluas akuisisi dana dari segmen wholesale banking.

Halaman
  1. 1
  2. 2
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper