Bisnis.com, JAKARTA — Lembaga pemeringkat kredit internasional S&P Global Ratings membeberkan potensi dampak pengalihan kepemilikan PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) dari PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) kepada Badan Pengelola Investasi Danantara.
Financial Institution Ratings Director S&P Global Nikita Anand mengungkapkan, apabila hal itu terwujud, maka Bank Mandiri dapat terpengaruh dari segi diversifikasi bisnis maupun pertumbuhan kinerja hingga batas-batas tertentu.
Pasalnya, pertumbuhan BSI terbilang pesat sejak terbentuk dari merger tiga unit usaha syariah bank pelat merah yang rampung pada 2021. BSI juga berkontribusi positif terhadap permodalan Bank Mandiri yang tumbuh positif dalam beberapa tahun terakhir.
“Namun, profil kredit [Bank Mandiri] secara keseluruhan seharusnya tidak terpengaruh karena bisnis perbankan syariah relatif kecil dibandingkan bisnis perbankan konvensional,” katanya menjawab pertanyaan Bisnis dalam diskusi secara virtual, Rabu (11/6/2025).
Dari aspek pemeringkatan kredit, wacana itu juga dinilai tidak akan berdampak signifikan terhadap capaian Bank Mandiri. S&P Global Ratings saat ini menyematkan rating BBB/A-2 untuk BMRI dengan outlook stabil.
Di sisi lain, Nikita berpandangan bahwa pembiayaan dan literasi keuangan syariah di Tanah Air akan kian masif apabila Danantara menjadi entitas pengendali BSI.
Baca Juga
Dia menyoroti rendahnya penetrasi pembiayaan syariah maupun literasi keuangan berbasis nilai Islam tersebut, meskipun Indonesia merupakan negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia.
“Jadi, spin-off atau keterlibatan langsung pemerintah dapat memberikan dorongan terhadap proyeksi tersebut,” paparnya.
Dalam perkembangan sebelumnya, Kementerian BUMN tengah mengkaji pemisahan BSI dari Bank Mandiri untuk kemudian dikendalikan Danantara. Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan bahwa pembahasan pemisahan tersebut masih bergulir dan belum menginjak tahap final.
“Belum, masih proses. Kan nanti dari Danantara akan mengajukan ke kami, baru kita lihat seperti apa prospeknya,” ujar Erick saat ditemui kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (2/6/2025).
Lain halnya dengan manajemen BSI yang memilih untuk tidak berspekulasi mengenai kabar perpindahan kepemilikan ini. Corporate Secretary BSI Wisnu Sunandar menyebut hal ini berada di luar kendali perusahaan.
“Sementara ini, itu merupakan kewenangan pemegang saham, jadi kami menunggu saja perkembangannya,” kata Wisnu saat ditemui di kantornya, Rabu (4/6/2025).
Dia mengatakan fokus BSI saat ini adalah menjaga kinerja perusahaan tetap stabil dan sejalan dengan tujuan jangka panjang yang telah ditetapkan sejak penggabungan tiga unit usaha syariah milik negara.
“Kami tetap berkomitmen pada rencana bisnis jangka panjang dan sejak awal merger, kami membawa misi untuk memperkuat ekosistem ekonomi syariah nasional, karena permintaannya besar, tetapi penyedia jasanya masih terbatas. Di situlah peran BSI sebagai bank syariah terbesar,” jelasnya.
Berdasarkan catatan Bisnis, Bank Mandiri saat ini menggenggam kepemilikan saham BSI sebesar 51,47%. Aset BSI per kuartal I/2025 mencapai Rp400,88 triliun, yang mencerminkan 69,8% kontribusi aset anak usaha Bank Mandiri.
Realisasi ini mengungguli perolehan aset anak usaha BMRI lainnya, baik di sektor multifinance, asuransi, sekuritas, hingga permodalan; yang secara total mencapai Rp574,42 triliun pada bulan ketiga tahun ini.