Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Industri Pinjol RI Pikat Investor Asing, Lender Luar Negeri Tumbuh 14,52%

Industri pinjaman online Indonesia menarik investor asing dengan pertumbuhan lender luar negeri 14,52% YoY, didorong oleh potensi pasar dan kebutuhan kredit besar.
Ilustrasi pinjaman online atau fintech lending./ Dok Freepik
Ilustrasi pinjaman online atau fintech lending./ Dok Freepik

Bisnis.com, JAKARTA – Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) menjelaskan alasan mengapa pemberi dana atau lender fintech P2P lending (pinjaman online) dari luar negeri yang masuk ke Indonesia tumbuh pesat.

Dalam periode Januari-Mei 2025, pendanaan industri P2P lending nasional yang didanai oleh lender luar negeri mencapai Rp13,09 triliun, tumbuh 14,52% year on year (YoY).

"Kondisi secara global terutama Asia, Indonesia masih bagus jika dibandingkan dengan negara lain, sehingga beberapa lender luar negeri mulai mengalihkan dananya ke Indonesia," kata Ketua Umum AFPI Entjik S. Djafar kepada Bisnis, Jumat (25/7/2025).

Entjik menjelaskan pasar Indonesia diminati karena potensi kebutuhannya sangat besar. Hasil riset yang dilakukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 2022, mencatat ada Rp1.519 triliun kebutuhan UMKM yang bisa didukung oleh sektor industri keuangan non bank (IKNB).

Meski kebutuhannya besar, kapasitas pembiayaan IKNB hanya mampu memenuhi kebutuhan sebesar Rp229 triliun atau hanya 15% saja. Sedangkan khusus industri pinjaman online hanya kuat berkontribusi sebesar Rp9 triliun, atau hanya 3,9% dari Rp229 triliun tersebut.

"Indikator yang paling mendekati [antara Indonesia dibanding negara Asia lainnya] adalah masih banyaknya permintaan terhadap kredit, di mana credit gap masih sangat besar. Sementara, NPL [TWP90] masih bagus, masih di bawah 3%. Artinya masih controllable," jelas Entjik.

Entjik mengatakan peluang masuknya lender asing ke dalam negeri sebenarnya bisa lebih besar. Dari catatan AFPI, beberapa lender masih wait and see melihat dinamika industri P2P lending di Tanah Air, termasuk salah satunya adalah polemik dugaan kartel industri pinjaman online yang sekarang sedang didalami Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU).

"Memang belum banyak yang masuk, beberapa lender masih khawatir beberapa masalah di industri pindar antara lain pinjol ilegal, kelompok gagal bayar, isu dari KPPU dan sebagainya. Kami dari AFPI berupaya agar masalah ini bisa terselesaikan agar lender ataupun investor bisa masuk lebih banyak lagi. Kedepannya kita harapkan akan tumbuh," ujarnya.

Sementara itu, upaya yang dilakukan AFPI untuk menarik lebih banyak lender asing masuk industri P2P lending di Tanah Air salah satunya adalah melalui forum-forum internasional. Rencananya, AFPI akan membawa lebih dari 20 perusahaan P2P lending dari Indonesia untuk ikut serta pada gelaran Hongkong Fintech Week 2025 pada bulan November nanti. 

"Event bergengsi tersebut diikuti oleh lebih dari 50 negara. AFPI diberikan kesempatan untuk membuka khusus Indonesia paviliun yang pesertanya terdiri dari lebih 20 perusahaan fintech P2P lending anggota AFPI dan juga beberapa perusahaan pendukung ekosistem P2P lending," pungkasnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro