Bisnis.com, BALIKPAPAN - Perbankan perlu untuk menurunkan suku bunga pinjaman, karena bisa menekan daya saing produk yang dihasilkan pelaku usaha dalam negeri dalam menghadapi persaingan di era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015.
Wakil Ketua Kadin Kaltim Bidang Hubungan Kerja Sama Ekonomi Internasional Sayid Irwan mengatakan suku bunga pinjaman perbankan di Indonesia masih cukup tinggi apabila dibandingkan dengan negara lain di Asean.
Karena itu, pelaku usaha dalam negeri ada yang mulai melirik sumber pendanaan dari luar negeri, karena suku bunga yang lebih murah.
“Perbankan perlu melihat ini sebagai salah satu upaya untuk dapat memberikan bunga yang kompetitif,” ujarnya di sela-sela seminar Kesiapan dan Strategi Dunia Usaha/Perbankan serta Pemerintah Daerah Wilayah Kalimantan Dalam Menghadapi MEA 2015, Rabu (13/11/2013).
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kalimantan Timur Ameriza M. Moesa mengatakan untuk dapat menekan suku bunga, perlu ada perbaikan di sektor riil yang merupakan cerminan dari tingkat suku bunga tersebut.
Perbaikan infrastruktur yang dapat meningkatkan konektivitas serta kelancaran arus barang serta efisiensi ekonomi menjadi contoh tindakan yang harus dilakukan untuk menekan suku bunga.
Berdasarkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada Selasa (12/11/2013), suku bunga acuan (BI Rate) diputuskan naik 25 bps menjadi 7,50%, dengan suku bunga lending facility dan suku bunga deposit facility masing-masing naik menjadi 7,50% dan 5,75%.
Kebijakan ini diambil untuk menekan defisit transaksi bejalan serta pengendalian laju inflasi menuju ke sasaran 4,5±1% pada 2014 sehingga tetap dapat mendukung kesinambungan pertumbuhan ekonomi.