Bisnis.com, DENPASAR - Bank Pembangunan Daerah Bali menganggarkan dana senilai Rp30 miliar untuk ekspansi organik pada 2014.
Direktur Utama BPD Bali I Made Sudja perusahaan ini berencana membuka dua kantor cabang pembantu masing-masing di Singaraja dan Karangasem. Selain itu, perseroan juga akan membangun lima kantor kas, dan menambah 30 unit Anjungan Tunai Mandiri(ATM) yang tersebar di seluruh kabupaten di Bali.
Kebutuhan dana untuk membangun satu kantor cabang pembantu diperkirakan Rp10 miliar, sedangkan biaya pembukaan kantor kas tentunya lebih rendah. Adapun, pembelian mesin ATM sekitar Rp2,7 miliar.
"Tahun ini kami akan ekspansi penambahan kantor cabang, kantor kas dan ATM. Kebutuhan dana termasuk untuk TI [teknologi informasi] dan segala macam sekitar Rp30 miliar, dananya diambil dari modal,"ujarnya kepada Bisnis.com, Rabu(5/2/2014).
Kebutuhan dana akan diperoleh dari penambahan penyertaan modal Pemerintah Provinsi Bali yang sebesar Rp200 miliar tahun ini. Rencana penyertaan modal oleh pemegang saham BPD Bali itu sedang meminta persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).
Tak hanya Pemerintah Provinsi Bali saja yang akan menambah penyertaan modal, Pemerintah Kabupaten Badung sebagai pemegang saham pengendali juga berencana menambah modal dengan tahap awal Rp150 miliar.
Ekspansi organik dilakukan untuk mencapai target kinerja keuangan perseroan. Pada tahun ini, BPD Bali mematok pertumbuhan kredit 18% sampai 19% dengan kenaikan dana pihak ketiga (DPK) di kisaran 17% hingga 18%.
"Targetnya memang tidak terlalu muluk karena kami melihat kondisinya masih berat unuk tahun ini," tuturnya.
Menurut dia, tingkat suku bunga kredit yang masih mahal akan sedikit menghambat minat masyarakat mengajukan pembiayaan. Di sisi lain, persaingan merangkum dana pihak ketiga sangat ketat, terutama dengan perbankan raksasa nasional yang menawarkan bunga tinggi.
Sepanjang 2013, DKP BPD Bali tercatat tumbuh 10,18% menjadi Rp11,60 triliun dari capaian periode yang sama tahun sebelumnya Rp10,53 triliun.
Sementara itu, tingkat penyaluran kredit naik 18,89% menjadi Rp10,13 triliun dari semula Rp8,52 triliun. Meski demikian, rasio intermediasi atau loan to deposit (LDR) masih tetap aman di level 87,87%.
I Made Sudja mengaku perseroan belum berencana menggelar penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO) dalam waktu dekat. Menurut dia, perseroan masih berfokus mempercantik kinerja dan menjadi 'raja' di wilayah Bali. Setelah itu, baru berfokus mengepakkan sayap lebih lebar secara nasional.
"Sepanjang pemegang saham menyetor modal terus maka sepertinya belum perlu dulu untuk go public," tukasnya.