Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank Kesulitan Migrasi Kartu ATM, Implementasi Diprediksi Meleset

Pengamat perbankan Eko B. Supriyanto memperkirakan proses migrasi kartu anjungan tunai mandiri (ATM) dan debit dari magnetic stripe ke chip akan mundur.
Ilustrasi/Bisnis.com
Ilustrasi/Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA--Pengamat perbankan Eko B. Supriyanto memperkirakan proses migrasi kartu anjungan tunai mandiri (ATM) dan debit dari magnetic stripe ke chip akan mundur.

Dia menjelaskan bank-bank masih kesulitan untuk menerapkan proses migrasi ke chip ini karena beberapa hal. Pertama, jumlah kartu debit yang sangat besar atau 9 kali lebih banyak dari jumlah kartu kredit.

Berdasarkan data statistik sistem pembayaran Bank Indonesia, jumlah kartu ATM dan debit mencapai 99,91 juta keping kartu per 1 Januari 2015. Sedangkan kartu kredit hanya 16,04 juta keping kartu.

"Penerapan kartu kredit ber-PIN saja membutuhkan waktu yang relatif lama, sekitar 5 tahun. Apalagi kartu ATM dan debit yang jumlahnya lebih banyak," ucapnya di Jakarta, Selasa (24/3/2015).

Selain itu, proses ini melibatkan banyak bank, yaitu 59 bank. Sedangkan kartu kredit hanya melibatkan 21 bank.

Adapun, biaya yang diperlukan juga besar. Eko memperkirakan untuk migrasi 100 juta keping kartu diperlukan dana sekitar US$200 juta hingga US$300 juta atau setara dengan Rp2,6 triliun hingga Rp3,9 triliun.

"Biaya itu belum termasuk biaya migrasi electronic data capture (EDC) dan mesin ATM yang memerlukan upgrade. Jika melihat kesipan bank-bank saat ini dan biaya yang besar, diperkirakan penggunaan chip ini akan mundur," ujar Eko.

Seperti diketahui, dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.16/1/2014 tentang Perlindungan Konsumen Jasa Sistem Pembayaran perbankan diharuskan melakukan migrasi tersebut per 1 Januari 2016.

Sebelumnya, Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI) dan Bank Mandiri meminta perpanjangan waktu pelaksanaan migrasi kartu anjungan tunai mandiri (ATM) dan debit dari magnetic stripe menuju chip hingga akhir 2020 karena bank-bank belum siap untuk menerapkan pada awal tahun depan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper