Bisnis.com, JAKARTA -- PT Bank Pembangunan Daerah Nusa Tenggara Timur berniat mengajukan pinjaman ke PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) untuk menggenjot kinerja kredit pemilikan rumah di perseroan.
Kepala Sub Divisi Perencanaan Strategis Anggaran Bank NTT Fredy M. Ngganggus mengatakan nilai pinjaman ke SMF yang tengah dikaji perseroan yakni sebesar Rp15 miliar-Rp20 miliar. Rencananya, perseroan bakal mengajukan pinjaman tersebut pada 2016. “KPR [Kredit Pemilikan Rumah] di kami masih kecil, masih 10%. Pinjaman ini sebagai alternatif strategi untuk menaikan porsi KPR ke 10%-20%,” ujar Fredy ketika dihubungi Bisnis, Senin (6/4/2015).
Adapun, lanjut Fredy, sebagai strategi utama pendanaan KPR di Bank NTT, perseroan masih mengandalkan dana dari penerbitan obligasi senilai maksimal Rp1 triliun pada tahun depan. “Kalau seandainya sudah dapat dari obligasi, kemungkinan pinjam ke SMF akan dipertimbangkan.”
Untuk menggenjot segmen KPR, Fredy mengungkapkan pihaknya belum akan menurunkan suku bunga mengingat karakteristik debitur asal NTT yang tak terpengaruh besaran bunga. Menurutnya, Bank NTT lebih mengutamakan kecepatan dalam pelayanan KPR untuk mengerek naik pinjaman di segmen ini.
Secara keseluruhan, Fredy menjelaskan komposisi penyaluran pinjaman di Bank NTT masih didominasi kredit konsumer atau sebesar 60%. Sisanya, perseroan menyalurkan ke sektor produktif yang atau sebesar 40% dari total kredit.
Direktur Utama Bank NTT Daniel Tagu Dedo mengakui pangsa pasar KPR di perseroan masih minim. Menurut Daniel hingga kini perseroan masih menawarkan bunga KPR berkisar 10%-11%. Dia menambahkan pihaknya belum berencana menurunkan suku bunga pinjaman tersebut. “Kami masih lihat kondisi pasar.”
Sebelumnya, perseroan juga telah menurunkan bunga kredit untuk pegawai negeri sipil (PNS) dari 18% ke 16%. “Sementara itu dulu, mungkin tahun depan akan kami turunkan lagi. Untuk kredit konsumtif kami perbaiki market share kami yang sempat turun,” ujar Daniel.
Adapun, dari laporan keuangan (anaudited) yang disampaikan Bank NTT kepada Bank Indonesia (BI), pada tahun lalu perseroan membukukan pertumbuhan kredit sebesar 12% secara year-on-year (y-o-y) menjadi Rp5,49 triliun. Di sisi lain, dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun perseroan naik 23,84% secara y-o-y menjadi Rp6,27 triliun pada akhir 2014.
Sebelumnya, Presiden Direktur SMF Raharjo Adisutanto mengatakan pada tahun lalu, perseroan telah menyalurkan pembiayaan kepada 7 BPD. Dia merinci, kalangan BPD yang mengajukan pinjaman ke perseroan yakni PT Bank DKI senilai Rp30 miliar, PT BPD Sumatera Barat Rp100 miliar, PT BPD Nusa Tenggara Barat Rp500 juta, dan PT BPD Kalimantan Selatan senilai Rp250 miliar. “Kami juga memberikan pembiayaan ke Bank BPD Bali, Bank Kalbar [PT BPD Kalimantan Barat], dan BPD Yogyakarta,” tutur Raharjo.