Bisnis.com, JAKARTA— Rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio PT Bank Syariah Bukopin (BSB) dinyatakan mencukupi sebagai bekal perseroan berkembang secara organik pada 2017.
Direktur PT Bank Syariah Bukopin Aris Wahyudi mengatakan, capital adequacy ratio (CAR) sepanjang tahun lalu berada di level 17,53%. Untuk tahun ini Bank Syariah Bukopin (BSB) belum menetapkan secara pasti target CAR.
“Per Desember tahun lalu CAR kami 17,53% ini masih cukup bagi kami untuk tumbuh secara organik,” tuturnya menjawab Bisnis.
Pada tahun lalu, anak usaha Bank Bukopin tersebut mendapatkan suntikan modal dari induk sejumlah Rp100 miliar. Sementara itu, pada tahun ini dinyatakan bakal ada suntikan modal kembali minimal besarannya sama seperti 2016.
Secara total, modal inti per akhir tahun lalu berjumlah Rp850 miliar. Ini menempatkan BSB sebagai BUKU 1. Perseroan berencana melakukan ekspansi bisnis dengan masuk ke BUKU 2. Penaikan kelas ini rencananya baru dicapai paling cepat pada 2018.
Sementara itu, sepanjang tahun lalu Bank Syariah Bukopin membukukan penyaluran pembiayaan sebesar Rp4,80 triliun atau tumbuh 11,43% (year on year). Pada tahun ini BSB optimistis membidik pertumbuhan pembiayaan sekitar 23%.
Sejauh ini ada beberapa sektor lapangan usaha yang permintaan pembiayaannya paling besar, yaitu pendidikan, kesehatan, perdagangan, dan konstruksi. Pembiayaan ke bidang pendidikan dan kesehatan dinyatakan memiliki pertumbuhan tertinggi tetapi tidak disebutkan rinci besarannya.
Berdasarkan segmennya, BSB menyatakan, paling banyak menyalurkan pembiayaan untuk usaha kecil dan menengah (UKM). Pendanaan kepada pelaku usaha mikro turut dilakukan tetapi penyalurannya sangat selektif.
Rasio pembiayaan bermasalah (NPF) nett tahun lalu sekitar 2,9%. Pada tahun ini, perseroan berjanji untuk menjaga NPF terus di bawah 3%. Strategi yang ditempuh tak jauh dari sikap selektif sejak awal pembiayaan hendak digelontorkan. Selain itu juga sembari menjaga komunikasi dengan nasabah.
“Kami berharap perekonomian tahun ini lebih baik. Kami optimistis bisa mencapai target-target kami yang terbilang cukup menantang,” tutur Aris.
Terkait penghimpunan dana pihak ketiga (DPK), BSB membukukan pertumbuhan sebesar 14,43% (yoy) menjadi Rp5,44 triliun, tahun ini ditargetkan tumbuh 24%. Pada tahun lalu, pertumbuhan paling pesat dialami tabungan mencapai 19,36% menjadi Rp712,51 miliar.
Kenaikan penghimpunan tabungan tersebut terpengaruh program-program yang bersifat promotif berupa undian berhadiah. Pada 2017, BSB belum memastikan akan melanjutkan program semacam ini atau menggantinya menjadi hadiah langsung.
Sementara itu, terkait profitabilitas, Bank Syariah Bukopin berhasil menghimpun laba bersih per akhir tahun lalu totalnya sekitar Rp60 miliar, tumbuh sekitar 50% secara year on year. Pendorong kenaikan laba adalah pendapatan dan fee based income.
BSB juga optimistis bisa mendongkrak aset mereka sehingga masuk dalam jajaran tiga besar bank syariah dengan aset terbesar di Indonesia. Kini asetnya Rp7,04 triliun atau naik 20,75% dibandingkan dengan pencapaian pada 2015.