Bisnis.com, JAKARTA — Implementasi Gerbang Pembayaran Nasional (GPN) yang diinisiasi oleh Bank Indonesia membuat sistem pembayaran semakin efisien.
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Sugeng menyebutkan, sistem pembayaran Indonesia bisa berhemat sekitar Rp2,5 triliun. Penghematan terjadi karena adanya interoperabilitas, yang berdampak pada turunnya biaya transaksi antar penyelenggara sistem pembayaran plus hilangnya biaya routing data di luar negeri.
Sugeng menerangkan, data hasil transaksi di dalam negeri tersebut dikirim ke luar negeri dan diproses di sana. Pemrosesan data tersebut rupanya menimbulkan biaya yang besar pula.
"Biaya terbesar ada di routing atau pemrosesan data di luar negeri," kata Sugeng kepada Bisnis, belum lama ini.
Pengiriman data ke luar negeri tersebut juga dinilai berbahaya bagi keamanan konsumen. Sebab, ada potensi data tersebut disalahgunakan. Dengan adanya GPN, semua transaksi dalam negeri akan terekam dan tidak akan diproses di luar negeri lagi.
Selain itu, dengan berlakunya GPN maka tak ada lagi transaksi yang eksklusif karena semua jaringan saling terhubung alias terjadi interoperabilitas antar sesama penyelenggara sistem pembayaran.
Kepala Departemen Elektronifikasi dan GPN Bank Indonesia Pungky P. Wibowo mengatakan, nilai penghematan tersebut masuk akal jika melihat transaksi pembayaran nontunai yang begitu besar.
Berdasarkan data di Statistik Sistem Pembayaran Bank Indonesia, nilai transaksi menggunakan kartu debet sepanjang 2017 saja mencapai Rp6.200 triliun dengan volume transaksi sekitar 5,69 miliar.
"Masuk akal kalau segitu [Rp2,5 triliun]. Karena routing tidak dilakukan di luar negeri lagi," katanya.