Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Oke Indonesia dan PT Bank Dinar Indonesia Tbk. ditargetkan akan sah secara hukum selesai melakukan proses merger pada akhir tahun ini.
Setelah merger sah, Apro Financial Co Ltd akan menyuntikkan dana ke entitas baru tersebut secara bertahap.
Presiden Direktur Bank Oke Indonesia Lim Cheol Jin mengatakan, sebagai perusahaan terbuka, penyelesaian proses merger secara hukum dengan Bank Dinar tergantung dari kelancaran kerja sama perseroan dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
"Dalam proses integrasi antara kedua bank, kami kana memakai sistem Bank Oke Indonesia. Namun, Bank Dinar entitas akan tetap menjadi entitas korporat yang bertahan [surviving entities]. Namanya akan menjadi PT Bank Oke Indonesia Tbk.," ujar Cheol Jin, Kamis (18/10/2018).
Setelah merger tersebut sah secara hukum, Apro akan menyuntikkan dana lebih dari Rp200 miliar dalam 5 tahun ke depan ke dalam bank yang masuk ke dalam bank umum keloompok usaha (BUKU) II ini.
Sebelum merger, Apro telah menyuntikkan sekitar Rp100 miliar untuk pengembangan sistem teknologi informasi Bank Oke Indonesia.
Bank Oke, sambungnya, akan menyasar 200 juta orang yang belum menggunakan layanan perbankan dengan baik. Umumya mereka yang berada pada kelas ekonomi menengah dan bawah. Hal ini didukung oleh persaingan antar bank yang aman.
Selain itu, Cheol Jin berujar bahwa perseroan juga menargetkan akan masuk ke dalam BUKU III pada 5 tahun ke depan berkat suntikan dana dan pertumbuhan organik perseroan.
Di samping itu, Perseroan juga akan meluncurkan layanan fintech hasil pengembangan sistem IT yang dibangun dalam waktu 5 tahun tersebut.
Dari sisi pemegang saham, menurut Cheol Jin, Apro kini memegang lebih dari 80% saham di bank entitas baru ini. Sementara itu, pemegang saham terbesar setelah Apro adalah pemegang saham existing Bank Dinar seperti Nio Yantoni dan Syaiful Amir.