Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Mayapada International Tbk. menggelontorkan belanja modal senilai Rp600 miliar pada tahun ini untuk mengembangkan layanan perbankan digital.
Direktur Utama Bank Mayapada Hariyono Tjahrijadi mengatakan bahwa pengembangan layanan digital diharapkan mampu menggenjot pendapatan berbasis komisi atau fee based income (FBI) yang ditargetkan tumbuh sekitar 20% pada tahun ini.
Menurut Hariyono, saat ini porsi FBI terhadap pendapatan perusahaan masih tergolong kecil. Padahal satu komponen pendulang laba ini sangat dibutuhkan untuk mengantisipasi menurunnya margin bunga bersih (net interest margin/NIM).
“Kami akan terus meningkatkan kerja sama dengan perusahaan asuransi. Di samping itu juga terus meningkatkan kemampuan e-channel [kanal elektronik] bank untuk memudahkan nasabah melakukan transaksi pembayaran,” katanya kepada Bisnis, Senin (25/2/2019).
Sejak tahun lalu Bank Mayapada telah mengembangkan alat pembayaran berbasis kode QR (quick response). Perseroan masih menanti regulasi dari Bank Indonesia sembari melakukan uji coba.
Adapun berdasarkan laporan publikasi belum diaudit, Mayapada membukukan FBI senilai Rp8,3 miliar per Desember 2018. Angka tersebut berkontribusi sebesar 6,79% terhadap total pendapatan operasional selain bunga kotor.
Baca Juga
Pada 2017 Mayapada mencatatkan FBI senilai Rp9,7 miliar atau 14,6% dari total pendapatan operasional selain bunga kotor. Tahun lalu pendapatan operasional non bunga ditopang oleh pemulihan atas cadangan kerugian penurunan nilai sebesar Rp47,5 miliar.
Secara total pada tahun lalu Bank Mayapada meraup laba bersih senilai Rp579,1 miliar atau turun 35,28% secara tahunan (year-on-year/yoy). Merosotnya laba operasional sebesar 45,56% menjadi Rp589,23 miliar menjadi satu penyebabnya.