Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

DIRUT BNI SYARIAH : Banyak yang Jatuh Karena Main Pola Korporasi

Meski perbankan syariah di Tanah Air tengah dihadapkan pada berbagai tantangan yang cukup berat, hal tersebut tak menyurutkan PT Bank BNI Syariah untuk lebih ekspansif.
Direktur Utama BNI Syariah Abdullah Firman Wibowo (kanan) didampingi Corporate Secretary Rima Dwi Permatasari memberikan paparan saat kunjungan ke kantor redaksi Bisnis Indonesia, di Jakarta, Senin (25/3/2019)./Bisnis-Felix Jody Kinarwan
Direktur Utama BNI Syariah Abdullah Firman Wibowo (kanan) didampingi Corporate Secretary Rima Dwi Permatasari memberikan paparan saat kunjungan ke kantor redaksi Bisnis Indonesia, di Jakarta, Senin (25/3/2019)./Bisnis-Felix Jody Kinarwan

Mengkikis Pesimisme terhadap Bank Syariah

Banyak pihak yang masih pesimistis terhadap produk perbankan syariah, bagaimana tanggapan Anda?

Jika berbicara tentang syariah, perlu diketahui bahwa metode penghitungan revenue-nya itu memang berbeda. Selain itu, perbankan syariah ini yield oriented, sedangkan perbankan konvensional adalah cost of fund oriented. Kalau hasilnya dari sisi aset bisa tinggi, katakanlah 15%, lalu dihitung namanya nisbah atau bagi hasil.

Dalam prinsip syariah ini sebenarnya bukan hanya menanggung untung, melainkan juga menanggung rugi. Namun, di Indonesia belum seperti itu. Mana ada orang yang naruh duit di bank terus mau rugi. Dengan demikian, bank harus untung. Padahal dalam bisnis kan bisa untung, dan bisa juga rugi. Oleh sebab itu, perlu ada asset liability management syariah agar bagaimana caranya minimal kami untung bisa membiayai kewajiban kami yang pertama kepada nasabah.

Jadi, kalau ada yang menanyakan kenapa tidak bisa menyamai perbankan konvensional? Memang masih belum, tetapi arahnya sudah ke sana kalau negara kita sudah bagus, dan NPF-nya lebih rendah. Saat ini, NPF [non-performing financing] perbankan syariah masih tinggi.

Bagaimana dengan sisi pelayanannya?

Kalau ada yang tanya kenapa [layanan] kita belum memuaskan? Karena di syariah ini ada hal-hal tertentu yang tidak bisa dilakukan seperti halnya di konvensional. Contohnya, di konvensional mereka lebih maju baik dari sisi IT [information technology], dan layanan. Namun, dari basis secara syariah kita sudah menjalankannya. Kita punya yang namanya DPS [Dewan Pengawas Syariah]. Mereka mengawasi setiap produk dan layanan kami ini halal atau tidak.

Perbankan syariah yang dianggap masih belum mampu menggenjot pembiayaan karena banyak juga bank yang akhirnya kena pembiayaan bermasalah. Bagaimana dengan BNI Syariah?

Menurut kami yang paling penting ialah fokus segmen. Segmennya yang dipilih juga benar-benar berbeda karena syariah ini untuk melayani umat yang lebih besar. Di Indonesia ini sekitar 70% ini adalah UKM, tetapi pembiayaan di Indonesia ini masih didominasi untuk korporasi.

Belajar dari pengalaman kalau banyak perbankan syariah yang jatuh karena bermain di pola korporasi atau terlalu agresif di pola korporasi. Di korporasi banyak yang tidak bisa kami layani karena adanya batasan-batasan.

Hal itu menyebabkan pembiayaan ke segmen korporasi menjadi tidak optimal. Kalaupun seandainya mau masuk ke korporasi, pilihlah yang low risk, misalnya, ke BUMN yang memang yield-nya biasanya lebih rendah, tetapi juga lebih aman, Namun, kalau mau yang yield tinggi, tidak ada jalan lain selain memilih yang swasta, tetapi risikonya juga tinggi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Halaman Selanjutnya
Rencana IPO
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper