Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. menutup tiga bulan pertama 2019 dengan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) yang melambat. Penghimpunan dana tumbuh 10,98% secara tahunan menjadi Rp215,83 triliun.
Angka pertumbuhan tersebut jauh lebih rendah dibandingkan dengan capaian tiga bulan pertama 2018. BTN pada periode tersebut membukukan DPK sebesar Rp194,48 triliun menjadi 23,54% yoy.
Direktur Utama BTN Maryono mengatakan bahwa angka pertumbuhan awal tahun ini memang lebih rendah dibandingkan dengan laju pertumbuhan majemuk tahunan (compound annual growth rate) sejak 2014—2018. CAGR lima tahun terakhir kinerja penghimpunan DPK BTN sebesar 21,27%.
Dia melanjutkan bahwa ada dua hal yang menyebabkan hal tersebut, yakni strategi perusahaan dan kondisi eksternal.
“Umumnya deposan pada awal tahun banyak menggunakan dana yang tersimpan di bank, karena transaksi liburan akhir tahun,” kata Maryono dalam Paparan Kinerja Keuangan Kuartal I/2019 di Jakarta, Selasa (23/4/2019).
Selain itu hal ini juga merupakan strategi BTN untuk menjaga pertumbuhan DPK guna menahan laju biaya bunga (cost of fund/CoF). “Kami cari alternatif pembiayaan berbunga murah,” tambahnya.
Berdasarkan laporan publikasi, giro dan deposito BTN per Maret 2019 masing-masing tumbuh 4,22% yoy dan 20,13% yoy. Sementara itu tabungan tercatat merosot 1,8% menjadi Rp43,27 triliun.
Direktur Konsumer BTN Budi Satria mengatakan bahwa kendati DPK perusahaan hanya tumbuh 10,8% yoy, tetapi masih jauh lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata industri perbankan yang hanya tumbuh sekitar 6% yoy.
Seperti diketahui kebutuhan likuiditas tengah menjadi satu isu perbankan belakangan ini. Utamanya hal ini disebabkan oleh pertumbuhan kredit yang melesat tinggi di atas DPK.