Bisnis.com, JAKARTA – Penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia dinilai tidak akan terlalu berpengaruh terhadap bisnis pembiayaan.
Ketua Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) memprediksi perusahaan pembiayaan tidak akan menunjukkan respons yang terlalu signifikan terhadap penurunan suku bunga acuan.
“Belum akan berpengaruh dalam waktu cepat, nanti kami lihat. Dan perbankan tidak akan segera bersikap yang drastis, ketika suku bunga turun dia ikut turun, moneter suku bunga turun lalu suku bunga pinjaman langsung turun,” katanya kepada Bisnis akhir pekan lalu.
Pada 18 Juli 2019, Bank Indonesia memutuskan untuk menurunkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 basis points (bps) menjadi 5,75 persen. Adapun suku bunga deposit facility turun sebesar 25 bps menjadi sebesar 5,00 persen, dan suku bunga lending facility turun sebesar 25 bps menjadi 6,50 persen.
Begitu halnya dari segi pendanaan. Perusahaan pembiayaan yang mengandalkan pinjaman perbankan hingga 70 persen ini tetap akan terus mencari pendanaan sesuai dengan kebutuhan perusahaan masing-masing.
“Yang namanya pinjaman di perusahaan pembiayaan akan selalu kencang. Ada yang mengandalkan surat utang. Tapi tidak semua perusahaan. Kalau suku bunga turun, tidak serta merta bunga [pinjaman dari bank] juga akan turun cepat. Kalau turun, mau turun berapa, paling masih sama,” lanjutnya.
Baca Juga
Menurutnya, besaran suku bunga tidak menjadi faktor kuat yang dapat memengaruhi permintaan pembiayaan. Lagipula, lanjutnya, bagi nasabah yang masih dalam proses mencicil tidak akan terpengaruh oleh perubahan suku bunga.
“Tidak terlalu berpengaruh. Kalau naiknya 1 persen, paling untuk motornya jadi naik Rp10.000 per bulan,” tuturnya.
Dia berharap, perekonomian Indonesia semakin meningkat usai pesta demokrasi pada kuartal II lalu sehingga meningkatkan daya beli masyarakat.
Direktur Keuangan PT Adira Dinamika Multifinance Tbk., (Adira Finance) I Made Dewa Susila mengatakan besaran biaya kredit tidak selalu menjadi faktor utama bagi konsumen untuk mengajukan pinjaman ke perusahaan pembiayaan. Daya beli juga menjadi faktor penentu.
Dengan adanya penurunan suku bunga, maka diharapkan dapat diikuti dengan penurunan biaya dana. Adira Finance juga dimungkinkan untuk menjual dengan biaya kredit yang lebih murah.
“Namun balik lagi, yang memengaruhi konsumen adalah kebutuhan dan daya beli. Daya beli terkait dengan pendapatan dan lapangan kerja,” tuturnya.
Menurutnya, gangguan perang dagang telah memengaruhi penjualan otomotif di Tanah Air sehingga berdampak pada kinerja pembiayaan. Untuk itu, dia berharap perekonomian Indonesia lebih stabil.
Dia berharap dengan potensi penurunan suku bunga dapat meningkatkan minat dan daya beli masyarakat untuk melakukan pembiayaan.
“Semoga itu menjadi situasi yang positif bagi konsumen,” ujarnya.