Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Maybank Indonesia Tbk. membukukan laba Rp757 miliar pada semester pertama tahun ini, atau turun 23,24 persen dibandingkan dengan periode sama yang mencapai Rp933 miliar.
Head Corporate Communication Maybank Indonesia Esti Nugraheni menuturkan hal tersebut disebabkan oleh langkah konservatif dalam menjaga kualitas kredit dengan meningkatkan pencadangan.
“Pada semester pertama tahun ini, ada peningkatan provisi sehubungan bank menempuh langkah konservatif dalam melakukan pencadangan untuk kredit bisnis yang terdampak kondisi pasar yang terus menantang,” katanya seperti dikutip dari siaran pers, Senin (29/7/2019).
Adapun, BNII mencatat pertumbuhan pendapatan non bunga (fee based income) sebesar 14,1 persen menjadi Rp1,2 triliun pada Juni 2019 dibandingkan Rp1,0 triliun pada Juni 2018.
Kinerja positif tersebut adalah hasil dukungan dari fee global market, bancassurance, administrasi kredit, pemulihan kredit dan layanan lain yang disediakan bank.
Sementara itu, pendapatan bunga bersih hanya meningkat 2,4 persen menjadi Rp4,0 triliun dari Rp3,9 triliun karena margin bunga bersih sedikit menurun yaitu sebesar 28 basis poin menjadi 4,8 persen.
Baca Juga
“Hal ini juga disebabkan oleh surplus likuiditas karena bank melakukan langkah proaktif untuk memastikan bank memiliki likuiditas yang cukup untuk memitigasi risiko selama dan setelah pemilihan umum. Bank akan meneruskan pelaksanaan pricing kredit dan pengelolaan dana secara aktif untuk dapat lebih baik memitigasi tekanan pada marjin,” jelasnya.
Esti melanjutkan, biaya overhead tetap terkendali dengan pertumbuhan sebesar 6,5 persen menjadi Rp3,2 triliun pada Juni 2019 dari Rp3,0 triliun pada Juni 2018 sebagai hasil inisiatif pengelolaan biaya yang baik di seluruh lini bisnis dan support unit bank.
Adapun, biaya overhead ini termasuk insentif yang dibayarkan untuk simpanan mudharabah yang tumbuh 111,7 persen. Tanpa biaya insentif tersebut, biaya operasional turun 1,3 persen pada Juni 2019.