Bisnis.com, JAKARTA — Bank Sahabat Sampoerna berharap kegiatan industri sektor riil semakin semarak guna mendongkrak kinerja kredit sepanjang paruh kedua tahun ini. Sampai akhir tahun Bank milik taipan ini pun masih mematok kredit naik 15 persen.
Direktur Funding, SME, FI dan Jaringan Kantor Bank Sampoerna Ong Tek Tjan mengatakan perseroan cukup optimistis memandang kinerja tahun ini akan lebih baik dari tahun lalu. Tinggal, menurutnya, sektor riil bergerak dan menyerap kredit perbankan.
“Kalau kami sendiri secara RBB [Rencana Bisnis Bank] tercapai sampai semester satu lalu, apalagi likuiditas masih kuat karena LDR masih akan kami jaga dikisaran 90 persen,” katanya kepada Bisnis, Rabu (21/8/2019).
Ong Tek Tjan mengemukakan bagi bank kelompok kecil sepertinya, upaya menggenjot aset kredit memang masih menjadi tugas yang paling besar. Untuk itu diperlukan upaya keras yang dilakukan secara bersama-sama.
Baginya, penurunan suku bunga acuan hanya menjadi salah satu daya tarik, sementara dengan isu utama global saat ini akan menjadi langkah yang terlalu berani jika regulator secara drastis melakukan penurunan yang agresif.
“Kami tentunya inginkan turun tetapi saya rasa hanya akan sekali lagi sebesar 25 bps. Jika lebih dari itu kita terlalu berani. Suku bunga turun tetapi pengusaha masih wait and see juga sama saja,” ujarnya.
Sementara itu, Bank Sahabat Sampoerna mencatatkan perolehan laba bersih sebesar Rp24,6 miliar pada semester I/2019. Capaian itu menurun 17 persen jika dibandingkan dengan perolehan pada periode yang sama tahun lalu.
Chief Financial Officer Bank Sampoerna Henky Suryaputra menyampaikan penurunan laba bersih perseroan disebabkan oleh peningkatan beban penyisihan penurunan nilai kredit.
Bank Sampoerna mencatatkan beban penyisihan penurunan nilai kredit sebesar Rp143,8 miliar, meningkat cukup signifikan, sebesar Rp40,7 miliar atau 39 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Henky mengatakan kenaikan tersebut antara lain terkait dengan persiapan implementasi PSAK 71 yang akan dimulai pada awal 2020.
Di samping itu, perseroan mencatatkan peningkatan pendapatan bunga bersih menjadi sebesar Rp326 miliar atau naik 8 persen dibandingkan periode yang sama di tahun lalu sebesar Rp302 miliar. Margin bunga bersih / NIM perseroan tercatat pada leviel 6,88 persen.
Peningkatan tersebut sejalan dengan peningkatan kredit pada kuartal II/2019. Penyaluran kredit tercatat meningkat 16 persen dari Rp6,8 triliun pada Juni 2018 menjadi Rp8,0 triliun pada Juni 2019.
Namun begitu, rasio kredit bermasalah secara bruto berada pada level 4,48 persen dan secara neto (NPL Net) tercatat pada level 3,35 persen, keduanya meningkat dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Di sisi lain, Dana Pihak Ketiga berhasil dihimpun sebesar Rp8,8 triliun dari Rp7,7 triliun pada akhir periode yang sama tahun lalu atau meningkat 14 persen.
Dengan demikian rasio kredit berbanding dana pihak ketiga (Loan to Deposit Ratio/LDR) perseroan mengalami peningkatan tipis ke level 90,66 persen.
Sementara, pada rasio keuangan lainnya, CAR perseroan berada di level 19,24 persen, sehingga kinerja yang dibukukan dengan didukung pemenuhan kebutuhan modal menjadikan Bank Sampoerna memiliki fundamental yang baik.
Pada rasio keuangan lainnya, terjadi penurunan jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, seperti ROA dari 0,92 persen menjadi 0,66 persen dan ROE dari 4,80 persen menjadi 3,43 persen, sedangkan BOPO mengalami peningkatan dari 91,95 persen menjadi 93,27 persen.
Secara total aset, Bank Sampoerna mencatatkan pertumbuhan sebesar 12 persen menjadi Rp10,5 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp9,3 triliun.