Bisnis.com, JAKARTA — Setelah masuk ke pasar Indonesia, PT Bank China Construction Bank Indonesia Tbk. (CCBI) agresif mengucurkan kredit. Bank asal China ini hendak meminta izin kepada para pemegang saham untuk menambah modal guna ekspansi kredit.
Perusahaan mengincar dana Rp3,2 triliun melalui hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) untuk naik kelas menjadi bank umum kelompok usaha (BUKU) III.
Sekretaris Perusahaan CCBI Andreas Basuki menjelaskan bahwa hal tersebut telah menjadi agenda acara dalam rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) yang akan diselenggarakan pada 11 Oktober 2019. “Kami harapkan semua existing shareholders akan subscribe [ambil] haknya, tapi belum bisa dipastikan,” katanya kepada Bisnis, akhir pekan lalu.
Pemegang saham yang tidak mengambil haknya, akan terdilusi dengan jumlah keseluruhan paling banyak 65,8%. Per Juni 2019, China Construction Bank Corporation dan Johnny Wiraatmadja merupakan pemegang saham pengendali dengan kepemilikan masing-masing, 60,00% dan 21,32%. Kiki Hamidjaja dan publik, melalui pasar modal, memiliki 5,21% dan 13,47%.
Dennis melanjutkan bahwa sesuai keterbukaan informasi, CCBI akan menerbitkan 32 miliar saham baru dengan nilai nominal Rp100 per saham. Berdasarkan penutupan perdagangan, Jumat (20/9/2019), harga saham emiten berkode MCOR ini dilego Rp139 per saham.
Dia pun memastikan bahwa dana segar diserap bank untuk meningkatkan modal inti perusahaan agar melebihi batas bawah BUKU III, atau Rp5 triliun. Saat ini modal inti CCBI sebesar Rp2,09 triliun.
Saham baru yang diserap juga guna memastikan rasio kewajiban penyediaan modal minimum (KPMM) atau capital adequacy ratio (CAR). Per Juni 2019, rasio KPMM bank sebesar 17,48%, naik dari Juni 2018, 15,73%.
Adapun, CCB merupakan satu-satunya bank asal China yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Bank ini merupakan hasil merger antara PT Bank Windu Kentjana International Tbk. dan PT Bank Antardaerah pada 2016.
Berdasarkan catatan Bisnis, sejak tahun pertama bank membukukan kinerja yang fluktuatif. Terakhir per Juni 2019, kredit bank tumbuh 11,7% (year-on-year/yoy), menjadi Rp12,15 triliun, melambat dibandingkan dengan tahun sebelumnya, 18,7% yoy. Namun, pada periode yang sama laba bersih bank turun 41% yoy menjadi Rp23,02 miliar.