Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank BNI Syariah mendorong penyaluran pembiayaan ke sektor produktif disertai dengan upaya menjaga pembiayaan bermasalah di sektor ini.
Direktur Bisnis SME dan Komersial PT Bank BNI Syariah Dhias Widhiyati mengatakan perseroan akan terus berusaha menaikkan komposisi pembiayaan ritel produktif selain terus menjaga keunggulan perseroan dalam pembiayaan konsumer.
Namun, kualitas pembiayaan secara umum masih menjadi tantangan bagi industri perbankan syariah, termasuk BNI Syariah pada 2019 ini.
"Dari sisi kualitas pembiayaan, BNI Syariah mampu menjaga rasio pembiayaan bermasalah [non-performing finance/NPF] di sekitar 3%, lebih baik dibandingkan rata-rata bank umum syariah yang mencapai 3,4% pada Juni 2019," katanya kepada Bisnis, baru-baru ini.
Dhias menyampaikan, komposisi portofolio antara pembiayaan konsumtif dan produktif relatif seimbang dengan dominasi pertumbuhan di pembiayaan produktif sekitar 23% yoy per Agustus 2019.
Untuk menjaga kualitas pembiayaan, Dhias mengutarakan, perseroan akan lebih hati-hati dalam menyalurkan pembiayaan terhadap bisnis dan sektor komoditas yang terdampak langsung oleh perang dagang dan faktor global lainnya.
Selain itu, perseroan akan fokus menyalurkan pembiayaan ke sektor dan profil debitur yang berisiko rendah. Sektor jasa sosial masyarakat seperti sektor pendidikan dan kesehatan juga akan menjadi fokus perseroan.
Dhias menambahkan, perseroan juga akan kapabilitas sumber daya manusia (SDM), khususnya dalam bidang financing analysis, risk mitigation, dan relationship management.
BNI Syariah akan mengintensifkan monitoring pembiayaan melalui early warning signal dan traffic light management system, serta perseroan akan melakukan mapping cabang yang fokus ekspansi dan fokus perbaikan kualitas.
"Dengan sejumlah strategi tersebut, kami menargetkan pembiayaan kami pada akhir tahun akan tumbuh secara berkualitas dengan NPF maksimal 3%," jelas Dhias.
Adapun, perseroan menunjukkan kinerja positif dengan mencatat penyaluran pembiayaan tumbuh sekitar 17% yoy per Agustus 2019, sehingga mampu mendorong perolehan laba sebesar Rp432 miliar atau tumbuh 57% yoy.