Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank BNI Syariah mencatat pertumbuhan pembiayaan pemilikan rumah pada tahun ini melesat dua digit, atau 17,7 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) per Agustus. Pada periode yang sama pembiayaan rumah baru hanya naik 3,36 persen yoy.
SEVP Bisnis Ritel dan Jaringan BNI Syariah Iwan Abdi mejelaskan bahwa kredit rumah bekas atau tangan kedua naik tinggi karena komposisi yang lebih rendah dibandingkan dengan rumah baru. Saat ini pasar sekunder menyumbang 28 persen terhadap total KPR bank.
“Secara volume masih didominasi rumah baru,” katanya kepada Bisnis, Kamis (3/10/2019).
Iwan melanjutkan bahwa secara umum penjualan rumah terlihat melambat dan berdampak pada permintaan KPR. Tahun ini bank masih mencatat pertumbuhan walaupun relatif melambat. Hingga September 2019, BNI Syariah mencatat pertumbuhan KPR mencapai 11 persen yoy.
Dari sisi nilai, bank mencatat permintaan KPR masih bergerak positif pada rumah yang menyasar segmentasi ekonomi menengah ke bawah. Rumah tersebut dipasarkan dengan kisaran harga kurang dari Rp700 juta.
Adapun Bank Indonesia mencatat permintaan KPR tumbuh melambat sepanjang tahun ini. Kendati pasar telah mengimplementasikan relaksasi uang muka, tren tersebut berlanjut hingga Agustus 2019, di mana KPR naik 11,3 persen secara yoy, lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya, 12,3 persen secara yoy.
Berdasarkan catatan bank sentral, hal itu utamanya disebabkan oleh perlambatan permintaan KPR tipe 22/70 di Jawa Barat dan Sulawesi Selatan.