Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) mampu menyalip PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. dalam mengumpulkan pundi-pundi laba pada kuartal III/2019. Padahal pada dua kuartal sebelumnya Bank Mandiri lebih unggul dibandingkan dengan BCA.
Bank Mandiri tercatat membukukan laba sebesar Rp20,3 triliun atau naik 11,9% secara tahunan, sementara laba BCA unggul sebesar Rp20,9 triliun atau naik 13% yoy per September 2019.
Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Piter Abdullah berpendapat pertumbuhan laba di tengah kondisi apapun adalah kelebihannya bank umum kegiatan usaha (BUKU) IV, khususnya BCA.
Ketika suku bunga naik atau pun turun, menurut Piter, bank besar tetap mendapatkan pertumbuhan keuntungan yang tinggi. Salah satunya karena komposisi pendanaan mereka didominasi CASA dengan cost of fund (COF) yang sangat rendah yang membuat margin mereka tinggi.
Namun, jika dibandingkan dengan BUKU IV lainnya, imbuhnya, BCA lebih diuntungkan karena perseroan merupakan pionir transactional banking, sehingga lebih kuat dari sisi pengelolaan beban biaya .
"Karakterisik BUKU IV relatif sama, diuntungkan oleh CoF yang rendah. Akan tetapi yang paling kuat dari sisi CoF ini adalah BCA karena BCA adalah pionir transactional banking. Oleh karena itu, tingkat keuntungan BCA selalu lebih tinggi," katanya kepada Bisnis, Senin (28/10/2019) malam.
Baca Juga
Lebih lanjut, kata Piter, komposisi pendanaan dan CoF yang rendah membuat BUKU IV memiliki alternatif penempatan dan sumber return yang beragam.
"Mereka bisa menempatkan dana di kredit, menempatkan di SBN atau di instrumen moneter. Semuanya menawarkan return yang tinggi. Belum lagi dari fee based income," tuturnya.
Piter menambahkan, meskipun pertumbuhan kredit melambat bank-bank besar, khususnya BCA tetap mengalami pertumbuhan laba yang tinggi.