Bisnis.com, JAKARTA — Sejumlah bank bermodal besar disinyalir saling berlomba meraup potensi cuan dari wisatawan mancanegara (wisman) dan perusahaan asal China. Salah satu cara yang bank-bank ini lakukan adalah membuka pintu kerja sama dengan aplikasi pembayaran asal China, Alipay (Ant Financial) dan WeChat Pay (WePay).
Analis PT Bank Woori Saudara Tbk. (BWS) Rully Nova mengatakan, potensi pendapatan komisi yang muncul dari layanan terhadap wisman China cukup besar. Salah satu cara bank memanfaatkan ceruk yang potensial ini adalah membuka ruang kerja sama dengan aplikasi pembayaran asal Negeri Tirai Bambu.
“Biasanya ada persyaratan dari investasi yang akan masuk itu, agar ada pemakaian fasilitas atau kemudahan dari negara terkait. Seperti misal ada rencana investasi dari China, jika ada proyek infrastruktur mau masuk pasti mereka juga butuh layanan pembayaran atau hal lain yang berasal dari China juga,” ujar Rully kepada Bisnis, Senin (4/11).
Sebagai informasi, Alipay dan WePay sejak awal tahun dikabarkan hendak beroperasi di Indonesia. Akan tetapi, kedua perusahaan ini harus menjalin kerja sama dengan bank di Indonesia agar bisa beroperasi penuh.
Saat ini ada setidaknya tiga bank yang hendak menjalin kerja sama dan menjadi mitra Alipay serta WePay agar kedua aplikasi ini bisa beroperasi. Ketiga bank ini adalah PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., PT Bank Central Asia Tbk., dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.
Rully mengatakan, kerja sama dengan Alipay dan WePay menjadi pintu masuk bagi bank di Indonesia untuk menggarap potensi pendapatan dari investor serta wisatawan China. Menurutnya, bukan tidak mungkin ke depannya kerja sama ini akan menghasilkan pendapatan komisi yang besar bagi bank-bank terkait.
“Iya jelas [potensi meraup untung] karena kan Alibaba ada di China cukup besar, tentu ini jadi benchmark buat mereka masuk ke pasar suatu negara. Kalau AliPay dengan Alibaba ada sebesar itu bisa percaya diri masuk Indonesia, mungkin akan jadi benchmark dan dikuti merchant lain dari China untuk masuk ke Indonesia,” tuturnya.
Menurut Rully, pelaku industri perbankan harus mulai serius menggarap potensi pendapatan nonbunga. Alasannya, kondisi perekonomian global tahun depan diprediksi belum sepenuhnya membaik.
Jika prediksi ini terbukti maka tekanan terhadap bank akan tetap ada. Rully menyebut, kondisi ekonomi yang belum stabil akan berdampak pada berkurangnya permintaan kredit, dan memengaruhi pendapatan bank dari hilangnya pendapatan bunga pembiayaan.
“Tahun depan kita masih dipengaruhi perekonomian global yang tak menentu dan pastinya volume bisnis kredit akan menjadi berat. Jadi bank harus memutar otak untuk mendapatkan pendapatan nonbunga, salah satunya caranya dengan menjalin kerja sama ini,” katanya.