Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk. Jahja Setiaatmadja menyatakan transaksi di perbankan mengalami perubahan signifikan karena pengaruh dari perkembangan teknologi yang terjadi sangat cepat.
"Jika ditanyakan 5 tahun lalu apa sudah tahu 2019-2020 akan seperti ini [transformasi digital yang sangat cepat], tentu tidak. Akselerasi kecepatan teknologi cepat sekali berkembang," katanya di Indonesia Banking Expo 2019, Rabu (6/11/2019).
Jahja menuturkan, perubahan tersebut dapat dilihat dari perubahan porsi transaksi melalui mesin ATM, kantor cabang, dan e-channel perseroan.
Baca Juga
Pada 2007, porsi transaksi di mesin ATM BCA masih tercatat sebesar 71%, kantor cabang 17%, dan sisanya transaksi melalui internet banking (i-banking) dan mobile banking (m-banking).
Sementara itu, pada 2019 mesin ATM yang sebelumnya menjadi alat transaksi yang populer, porsi transaksi melalui mesin ATM hanya tinggal 23%. Porsi i-banking dan m-banking meningkat hingga 57%, sedangkan sisanya di kantor cabang sekitar 1,8%.
"Saya sendiri waktu pertama melihat kaget sendiri, begitu cepat perubahannya, sehingga terlihat kantor cabang sudah tidak dibutuhkan," tuturnya.
Meskipun begitu, kata Jahja, kantor cabang bukan berarti kehilangan fungsi. Dari nilai transaksi, kantor cabang masih mencatat nilai paling besar, dengan porsi 51,6%.
Artinya, eksistensi kantor cabang masih tetap dibutuhkan, utamanya untuk melakukan transaksi kliring, cek, dan transaksi besar lainnya. Selain itu, Jahja meyakini bisnis bank secara keseluruhan untuk bisnis korporasi, komersial, UKM, dan konsumer masih belum bisa meninggalkan cara konvensional.
Malah, ke depan, bank akan semakin cepat memproses transaki-transaksi tersebut, terkhusus untuk segmen korporasi yang memiliki sistem tersendiri, pengembangan layanan bank pun dinilai akan semakin baik.