Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Utang Krakatau Steel: BRI Tunggu Pembayaran Pertama Maret 2020

BRI bersama sembilan lembaga keuangan lain telah menyepakati restrukturisasi utang Krakatau Steel dengan nilai total US$2 miliar. Bank dengan aset terbesar di Indonesia ini pun menargetkan pembayaran pertama pascarestrukturisasi diterima pada Maret 2020.
Pengunjung melintasi logo Bank BRI di sebuah pusat perbelanjaan di Jakarta, Senin (13/4)./Bisnis.com
Pengunjung melintasi logo Bank BRI di sebuah pusat perbelanjaan di Jakarta, Senin (13/4)./Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. menargetkan pembayaran utang tahap pertama pascarestrukturisasi Krakatau Steel dilakukan pada kuartal I tahun ini.

BRI menjadi satu dari sepuluh bank yang menyepakati skema restrukturisasi utang Krakatau Steel senilai US$2 miliar. Kesepuluh bank ini merupakan lembaga keuangan milik negara dan swasta.

BRI menempati urutan ketiga penyalur kredit terbesar ke produsen baja pelat merah tersebut dengan nilai US$337,39 juta.

Direktur Hubungan Kelembagaan dan BUMN BRI Agus Noorsanto mengatakan diperkirakan cicilan pertama bisa direalisasikan Maret 2020.

"Target pembayaran utang tahap pertama pascarestrukturisasi adalah tranche A pada Maret 2020 dengan nilai US$29,5 juta," katanya kepada Bisnis, Kamis (30/1/2020).

Agus menuturkan pihaknya menyepakati restrukturisasi utang untuk menjaga arus kas pabrikan baja tersebut. Dengan demikian, kualitas kredit Krakatau Steel di BRI, yang berada dalam kondisi performing loan, dapat terus dijaga.

Menurutnya, dengan arus kas yang lancar, emiten berkode saham KRAS tersebut diharapkan dapat memenuhi kewajibannya melakukan pembayaran utang.

"Makanya, agar tetap termasuk performing loan dilakukan restrukturisasi supaya Krakatau Steel bisa mengatur cashflow untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya," kata Agus.

Pada tahun lalu bank dengan kode saham BBRI ini telah menyalurkan kredit senilai Rp907,4 triliun dengan mayoritas senilai Rp700 triliun ke sektor UMKM.

Selama periode tersebut, besaran kredit macet atau non performing loan (NPL) mencapai 2,62 persen dan kredit dalam perhatian khusus atau special mention loan (SML) mencapai 3,93 persen. Porsi NPL dan SML terbesar berasal dari segmen korporasi dengan nilai masing-masing sebesar 8,75 persen dan 5,82 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper