Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Komplotan Penjahat Bobol Rekening, Data Nasabah di OJK Tidak Aman?

Karyawan bank perkreditan rakyat menjual data nasabah di SLIK OJK kepada komplotan penjahat. Kemudian penjahat itu mengakses data nasabah dan menggandakan nomor SIM untuk membobol rekening.
ATM/Ilustrasi
ATM/Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA – Kemarin Polda Metro Jaya mengungkapkan modus pembobolan rekening milik wartawan senior Ilham Bintang. Anehnya, pembobolan dilakukan dengan mencuri data nasabah lewat Sistem Laporan Informasi Keuangan (SLIK) yang dikelola oleh Otoritas Jasa Keuangan.

Bagaimana peristiwa ini bisa terjadi? Data yang disimpan oleh otoritas bisa dibobol oleh komplotan penjahat.

Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Yusri Yunus menyampaikan bahwa komplotan ini terdiri dari delapan orang. Pembobolan rekening itu berawal dari bocornya data SLIK.

Salah satu tersangka, Hendri, yang bekerja di Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Bintara Pratama Sejahtera, menjual data tersebut kepada tersangka lainnya, Desar.

“Kronologis kejadian ini berawal dari tersangka D [Desar] memiliki teman tersangka H [Hendri] yang bekerja di BPR Bintara Pratama Sejahtera," ujar Yusri, Rabu (5/2/2020.)

Kemudian, Hendri menjual data tersebut kepada Desar dengan harga Rp100.000 per lembar. Berkas tersebut memuat informasi rinci mengenai data pribadi nasabah, jumlah uang di dalam rekening, hingga limit kartu kredit. “H memang memiliki akses ke data SILK ini.”

Dari data tersebut, Desar bersama Hendri, dan dua pelaku lainnya memilih calon korban secara random. Dia mengincar nasabah yang memiliki jumlah tabungan besar. Saat itu, pilihan mereka jatuh kepada Ilham Bintang.

Berbekal identitas lengkap Ilham Bintang di SLIK OJK, para pelaku kemudian membuat KTP palsu dengan dibantu tersangka lain bernama Jati Waluyo. KTP palsu itu memuat identitas Ilham Bintang, tetapi pada bagian foto diganti dengan wajah tersangka bernama Arman Yunianto.

Setelah membuat KTP palsu, Arman lantas mendatangi gerai Indosat di Bintaro X Change, Tangerang Selatan, bersama dua tersangka lain bernama Teti dan Wasno, pada 4 Januari 2020.

Kepada petugas gerai, tersangka Arman mengaku sebagai Ilham dan meminta pergantian kartu SIM untuk telepon genggamnya. Arman beralasan telepon genggamnya hilang sehingga memerlukan kartu SIM pengganti dengan nomor yang sama.

Di saat bersamaan, Desar terus memantau kondisi handphone milik Ilham yang tengah berada di Australia. Sebab, pergantian itu harus dilakukan saat kartu SIM Ilham tidak aktif.

“Kalau ternyata aktif, Desar bakal menyuruh komplotannya yang ada di gerai untuk mundur,” kata Yusri.

Setelah pergantian kartu SIM sukses, para pelaku dengan leluasa masuk ke dalam email pribadi Ilham dengan memanfaatkan fasilitas one time password (OTP).

Berbekal data nasabah dan email Ilham, komplotan tersebut lantas membobol rekening Ilham di dua bank, BNI 46 dan Commonwealth, melalui aplikasi e-banking. Mereka menggunakan uang dalam rekening tersebut untuk berbelanja di toko online serta menarik tunai.

Ilham Bintang baru menyadari pembobolan rekening ini dan melaporkannya ke Polda Metro Jaya pada 16 Januari 2020. Total dana yang dibobol oleh penjahat mencapai Rp 300 juta.Para pelaku lalu ditangkap di beberapa tempat.

OJK BUKA SUARA

OJK pun buka suara terkait dengan pembobolan dana melalui akses data SLIK. Menurut otoritas itu, SLIK merupakan sistem pelaporan dari lembaga jasa keuangan kepada OJK yang berisi data fasilitas pinjaman debitur, bukan data simpanan nasabah.

Namun, OJK menyatakan akan menyelidiki akses data pada SLIK sehingga dimanfaatkan untuk kejahatan. “OJK akan membantu pihak kepolisian untuk dapat segera mengungkap kasus ini,” kata Sekar Putih Djarot, Juru Bicara OJK, Rabu (5/2/2020).

Seperti diketahui SLIK adalah Sistem Informasi Debitur yang dulu dikelola oleh Bank Indonesia atau lebih dikenal dengan BI Checking. Data tersebut berisi mengenai profil data debitur atau peminjam kredit ke bank. Profil tersebut mengenai data nasabah, jumlah pinjaman, kolektabilitas pinjaman, dan lainnya.

Wakil Ketua DPR RI Sufmi Dasco Ahmad mengatakan legislatif akan meminta Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) lebih mendalami kasus pembobolan kartu SIM Indosat dan rekening Bank Commonwealth dan BNI milik wartawan senior Ilham Bintang.

"Segera disusun langkah-langkah pencegahan karena peretasan-peretasan ini memang sudah sangat mengkhawatirkan," kata Dasco di Jakarta, Rabu (5/2/2020) malam.

Dasco menambahkan DPR RI juga akan menanyakan kepada pihak-pihak terkait seperti Tim Siber Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia (Mabes Polri) terkait dengan langkah pencegahan agar kasus tersebut tidak terulang.

Dasco menyebutkan kasus kejahatan siber sudah demikian meresahkan masyarakat dan sebenarnya hal itu sudah berlangsung sejak lama, terutama kasus peretasan.

"Peretasan ini kan bukan baru saja, di zaman Pilpres kemarin banyak sekali nomor telepon yang bisa diretas oleh orang tidak bertanggung jawab. Tapi, kerugian materil mungkin yang paling besar saat ini yang dialami Pak Ilham Bintang, sehingga menjadi perhatian kita semua," jelas Dasco.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper