Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia menurunkan target pertumbuhan kredit menjadi 9 persen-11 persen seiring perlambatan ekonomi yang terjadi di sektor keuangan Indonesia.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan angka pertumbuhan kredit pada Desember 2019 tercatat sebesar 6,08 persen (yoy) atau turun dari 7,05 persen (yoy) pada November 2019.
"Pertumbuhan kredit masih belum kuat. Kredit pada 2020 diperkirakan tumbuh dalam kisaran 9 persen - 11 persen, sedikit lebih rendah dibandingkan proyeksi sebelumnya 10 persen - 12 persen. Ini dilakukan sejalan dengan revisi proyeksi pertumbuhan ekonomi pada 2020," katanya saat konferensi pers, Kamis (20/2/2020).
Dia menuturkan fungsi intermediasi akan terus didorong sehingga dapat menopang momentum pertumbuhan ekonomi. BI memprediksi pertumbuhan kredit akan kembali meningkat pada kisaran 10 persen - 12 persen lantaran adanya kenaikan pertumbuhan ekonomi.
Menurutnya, stabilitas sistem keuangan sebenarnya cukup terjaga lantaran rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) perbankan pada Desember 2019 cukup tinggi, yaitu 23,31 persen. Lebih lanjut, rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) tetap rendah, yaitu 2,53 persen (gross) atau 1,18 persen (nett).
Likuiditas di pasar uang dan perbankan, lanjutnya, cukup memadai tercermin pada rerata harian volume PUAB Januari 2020 sebesar Rp15,12 triliun serta rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) yang terhitung besar, yakni 20,86 persen pada Desember 2019.
Baca Juga
"Kami memprediksi DPK pada 2020 dan 2021 tumbuh di kisaran 8 persen - 10 persen. Bank Indonesia tetap menempuh kebijakan makroprudensial yang akomodatif dan memperkuat koordinasi dengan otoritas terkait sehingga dapat menjaga stabilitas sistem keuangan dan mendorong fungsi intermediasi perbankan," tuturnya.
Selain itu, BI akhirnya merevisi target pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 5 persen - 5,4 persen akibat merebaknya wabah virus Corona (Covid-19) sejak akhir Januari 2020. Perry Warjiyo mengatakan pertumbuhan ekonomi RI perlu didorong sehingga tetap memiliki daya tahan di tengah risiko tertundanya prospek pemulihan ekonomi dunia.
"Ke depan, Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan 2020 akan lebih rendah, yaitu menjadi 5 persen sampai 5,4 persen. Angka ini turun dari perkiraan semula 5,1 persen sampai 5,5 persen," jelasnya.