Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jasindo Bidik Premi Asuransi Migas Rp750 Miliar

Premi asuransi energi sangat tergantung dengan fluktuasi harga minyak.
ilustrasi - Petugas memeriksa pengoperasian Rig (alat pengebor) elektrik D-1500E di Daerah operasi pengeboran sumur JST-A2 Pertamina EP Asset 3, Desa kalentambo, Pusakanagara, Subang, Jawa Barat, Selasa (4/2/2020)./ ANTARA - M Ibnu Chazar
ilustrasi - Petugas memeriksa pengoperasian Rig (alat pengebor) elektrik D-1500E di Daerah operasi pengeboran sumur JST-A2 Pertamina EP Asset 3, Desa kalentambo, Pusakanagara, Subang, Jawa Barat, Selasa (4/2/2020)./ ANTARA - M Ibnu Chazar

Bisnis.com, JAKARTA - PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero) atau Jasindo menargetkan pendapatan premi asuransi migas senilai Rp750 miliar pada tahun ini.

Plt Direktur Utama Jasindo Didit Mehta Pariadi menjelaskan angka target itu kurang lebih sama dengan pencapaian tahun lalu.

"Di 2020 target kami gabungan [onshore dan offshore] masih pada angka yang kurang lebih sama," ujarnya kepada Bisnis, Jumat (28/2/2020).

Dia memaparkan kedua lini asuransi energi Jasindo menyumbangkan pendapatan relatif stabil. Secara rinci, menurutnya kontribusi paling besar disumbang dari premi bruto asuransi offshore, yaitu mencapai 90 persen dari total nilai premi asuransi energi.

Menurut data AAUI, nilai klaim asuransi energi onshore pada tahun lalu naik tinggi sebesar 952 persen dari posisi Rp14 miliar di 2018, ke angka Rp152 miliar di akhir tahun lalu.

Kemudian klaim untuk polis energi offshorejuga tercatat naik sebesar 129 persen dari Rp529 miliar di 2018, menjadi Rp1,21 trliun pada akhir tahun lalu.

Membesarnya risiko diikuti dengan pertumbuhan bisnis. Tahun lalu premi asuransi energi onshore, tumbuh 210,6 persen dari posisi Rp49 miliar akhir 2018 ke Rp152 miliar di akhir tahun lalu. Sedangkan premi offshore turun 9,2 triliun dari Rp1,46 triliun menjadi Rp1,32 triliun.

Sebelumnya Direktur Eksekutif AAUI Dody AS Dalimunthe menjelaskan kenaikan rasio klaim asuransi umum paling besar, tercatat dari lini usaha asuransi energi on shore, dari posisi 29,5 persen pada 2018, naik ke posisi 100,1 persen di akhir 2019 atau menjadi yang tertinggi dari seluruh lini usaha asuransi umum.

"Kalau klaim asuransi energi itu dari perbandingan harga minyak dengan cost production, kalau harga minyak rendah itu biaya [operasional] tidak akan tercover, sehingga premi [asuransi] tidak terbayar, kemudian klaim yang besar ini juga bawaan dari tahun sebelumnya yang belum selesai, kalau harga minyak bagus ya premi juga akan naik," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Arif Gunawan

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper