Bisnis.com, JAKARTA - Analis memperkirakan emiten perbankan akan kesulitan menentukan harga pelaksana pelepasan saham baru (right issue) untuk menambah modal di tengah kondisi pasar modal yang volatile.
Pada tahun ini, Bisnis sejumlah emiten bank memiliki renacana penyuntikan modal melalui skema right issue. Beberapa bank tersebut antara lain, PT Bank Bukopin Tbk., PT Bank BRI Agroniaga Tbk. (AGRO), PT Bank Pembangunan Daerah Banten Tbk. (BEKS), PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat & Banten Tbk. (BJBR), dan PT Bank China Construction Bank Indonesia Tbk. (MCOR).
Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee mengatakan harga saham yang saat ini masih dipenuhi sentimen negatif akan membuat investor kembali berhitung.
"Pada penutupan perdagangan hari ini, IHSG sudah mulai membaik. Namun, hal ini tentu akan mempengaruhi perundiingan penetapan harga bagi bank yang mempunyai rencana penerbitan saham. Emiten-emiten lain bahkan berencana untuk buy back," ujarnya, Jumat (13/3/2020).
Hans menyebutkan emiten yang memiliki rencana untuk penerbitan saham tentu perlu meninjau kembali rencana aksi korporasi tesebut. Setidaknya hingga sentimen pasar kembali normal. Hal tersebut ditujukan agar emiten perbankan tidak mendapat harga murah yang justru menyebabkan penyuntikan modal tidak memiliki dampak pada ekspansi fungsi intermediasi pasca aksi tersebut.
"Kita tidak tahu kapan pasar akan kembali normal, tetapi bank perlu menunggu momentum itu," katanya.
Sementara itu, pengamat pasar modal yang juga Presiden Direktur CSA Institute Aria Santoso menyebutkan investor strategis biasanya tidak terlalu tergantung pada fluktuasi harga saham di pasar sekunder.
"Meski secara emosional harga penawaran juga dipengaruhi jangka pendek, tapi bagi investor institusi akan tetap melihat prospek jangka panjang panjang," katanya.
Seperti diketahui, pada penutupan perdagangan Jumat (13/3/2020), indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup positif. IHSG berhasil berbalik dari zona merah dan ditutup menguat 11,8 poin ke level 4.907.57. Hanya saja, posisi tersebut masih lebih rendah 22,09 persen dari posisi awal 2020.