Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah telah menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang mewajibkan masyarakat untuk beraktivitas di rumah, termasuk bekerja dari rumah, belajar dari rumah, dan beribadah dari rumah untuk memutus mata rantai penyebaran virus corona Covid-19.
Kondisi ini tentu saja membawa perubahan besar dalam pola hidup masyarakat. Terutama pada bulan Ramadan kali ini, kita tidak lagi bisa berbuka puasa bersama, salat tawarih berjamaah di masjid, bahkan harus menunda keinginan untuk mudik.
Tidak hanya pola hidup yang berubah, pandemik Covid-19 ini juga telah mengganggu perekonomian masyarakat. Oleh karena itu, tidak sedikit pekerja yang gajinya harus dipotong, di rumahkan tanpa di gaji, bahkan terpaksa harus di-PHK.
Melvin Mumpuni, Perencana Keuangan dari Finansialku mengatakan dalam kondisi saat ini, ketika seseorang harus kehilangan pendapatan secara mendadak, dana darurat menjadi hal paling krusial yang dapat membantunya untuk tetap survive.
“Dana darurat itu banyak bentuknya, tidak hanya dalam bentuk uang tunai seperti tabungan atau deposito, biasanya emas atau barang-barang yang mudah untuk dijual atau dicairkan bisa menjadi dana darurat. Namun, idealnya dana darurat itu harus mencapai setidaknya 6 kali pendapatan,” tuturnya.
Namun, sayang tidak banyak masyarakat yang menyadari pentingnya dana darurat sehingga hanya sedikit yang benar-benar menyiapkannya dalam menghadapi kondisi seperti saat ini. Lantas, jika tidak memiliki dana darurat apa yang harus dilakukan?
Baca Juga
Seseorang bisa mencari penghasilan tambahan dengan mencari alternatif lain. Salah satunya dengan menjadi reseller atau dropshipper yang menjual produk atau jasa yang dibutuhkan saat ini untuk kemudian dijual secara online.
Sebab, sambungnya, dalam kondisi saat ini banyak pelaku usaha yang menjual produknya dengan harga murah sehingga bisa dijual kembali dan mendapatkan keuntungan dari selisih tersebut. Saat bulan puasa ini, bisnis di bidang makanan bisa menjadi salah satu pilihan.
“Kalau belum siap dana darurat, kita harus pintar-pintar mencari sumber pemasukan lainnya. Banyak peluang yang bisa dicari saat ini, manfaatkan internet untuk mencari supplier yang produknya bisa kita jual kembali,” tuturnya.
Selain itu, kita juga perlu menahan diri dari berbagai pengeluaran-pengeluaran konsumtif yang dirasa tidak perlu. Biasanya, saat bulan Ramadan banyak orang yang konsumtif untuk membeli menu makanan untuk berbuka puasa, pengeluaran ini tentu bisa ditekan.
Caranya tentu saja dengan masak sendiri di rumah agar dapat lebih berhemat sehingga pemasukan yang didapatkan bisa dialokasikan untuk kebutuhan lainnya yang lebih penting.
“Mengatur keuangan itu perlu seni dan logika karena setiap orang kondisinya berbeda sehingga strateginya juga berbeda, apalagi dalam kondisi sekarang, perlu banyak penyesuaian-penyesuain. Namun yang penting dan tidak boleh dilupakan adalah sedekah atau zakat dan kewajiban bulanan,” ujarnya.