Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Lebih Selektif, Bank Bukopin Tak Banyak Bidik Ekspansi Kredit

PT Bank Bukopin Tbk. mengatakan ekspansi kredit sulit dilakukan pada tahun ini lantaran permintaan kredit yang cenderung berkurang, khususnya pada masa pandemi Covid-19.
Karyawati melayani nasabah, di kantor Cabang Bank Bukopin di Jakarta, Senin (9/4/2018)./JIBI-Abdullah Azzam
Karyawati melayani nasabah, di kantor Cabang Bank Bukopin di Jakarta, Senin (9/4/2018)./JIBI-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Bukopin Tbk. mengatakan ekspansi kredit sulit dilakukan pada tahun ini lantaran permintaan kredit yang cenderung berkurang, khususnya pada masa pandemi Covid-19.

Menurut Direktur Komersial Bank Bukopin Lalu Azhari, pihaknya tak mampu berekspansi banyak, bahkan malah cenderung selektif memberikan kredit terutama pada segmen kredit komersial.

“Bahkan, khusus untuk bagian saya di komersial, akan lebih cenderung mengerem. Jika ada 10 dari pengajuan, paling hanya 1 yang akan bisa diproses,” katanya, Selasa (28/4/2020).

Lalu menyebutkan perseroan hanya akan mengandalkan ekspansi produk flexy yakni skema fasilitas talangan untuk pembayaran tagihan. Menurut Lalu, permintaan untuk bisnis ini masih tergolong stabil dan memiliki kualitas yang baik.

“Untuk produk flexy, kebutuhan pembayaran gas. Produknya itu, flexy gas, flexy bill dan flexy pay," ujarnya.

Sebelumnya, Bank Bukopin mengungkapkan pendapatan komisi, provisi, fee dan administrasi pada kuartal pertama tahun ini tumbuh 30 persen menjadi Rp111,7 miliar. Ekspansi pembayaran tagihan ini mendongkrak pendapatan berbasis fee (fee based income) emiten berkode BBKP ini.

Di pihak lain, Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Lando Simatupang pun menyebutkan tak banyak sektor yang mampu menyerap tambahan kredit dalam kondisi saat ini.

Namun, dia mengatakan industri yang masuk dalam rantai pasok tergolong masih memiliki kemampuan untuk meningkatkan kredit.

“Industri makanan dan minuman kemungkinan masih akan baik, karena kebutuhan konsumsi masih ada meski masyarakat dalam krisis kesehatan,” katanya.

Di samping itu, Lando menyebutkan industri kesehatan juga ada potensi menaikkan kebutuhan kredit modal kerjanya. Hanya saja, industri ini juga perlu memecahkan permasalahan internal dimana bahan bakunya yang masih mayoritas impor.

“Sementara itu, untuk jasa kesehatan mungkin tidak akan terlalu tinggi. Banyak bank yang cukup selektif dalam memberi kredit ke rumah sakit,” ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : M. Richard
Editor : Ropesta Sitorus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper