Bisnis.com, JAKARTA -- PT Bank Pembangunan Daerah Banten Tbk. masih membukukan kerugian hingga kuartal I/2020 meskipun jumlahnya menurun 42,9 persen dibandingkan dengan periode sama tahun lalu.
Adapun, pada kuartal I/2020, Bank Banten membukukan kerugian senilai Rp31,86 miliar atau turun Rp23,929 miliar dibandingkan dengan posisi periode sama tahun lalu yang senilai Rp55,79 miliar.
Perlu dicatat, kerugian Bank Banten pada posisi akhir 2016 tercatat senilai Rp414,940 miliar. Kemudian jumlah kerugian bisa ditekan menjadi Rp76,22 miliar pada akhir 2017. Namun, pada akhir 2018, jumlah kerugian kembali meningkat menjadi Rp94,960 miliar. Pada posisi akhir 2019, nilai kerugian Bank Banten adalah Rp143,865 miliar.
Direktur Utama BPD Banten Fahmi Bagus Mahesa mengatakan secara garis besar kondisi keuangan perusahaan sudah mulai membaik. Bahkan, aset tercatat bertumbuh dari senilai Rp5,251 triliun pada 2016 menjadi Rp8,097 triliun pada akhir 2019.
Pembukuan terbaru, aset Bank Banten pada kuartal I/2020 adalah senilai Rp8,1 triliun atau tumbuh 0,1 persen dibandingkan dengan posisi akhir tahun lalu (year to date/ytd). Secara tahunan, aset tercatat turun 3,1 persen (year on year/yoy).
Selain itu, dana pihak ketiga tercatat turun hingga 15,4 persen yoy menjadi Rp5,431 triliun. Penurunan terjadi hampir pada semua jenis simpanan, kecuali tabungan yang tetap naik 15,1 persen.
Baca Juga
Penyaluran kredit tercatat tumbuh tipis pada kuartal I/2020 sebesar 1,5 persen yoy. Penyumbang pertumbuhan kredit terbesar datang dari kredit konsumer dan UMKM yang masing-masing tumbuh 12,5 persen dan 29,2 persen yoy.
Sebaliknya, kredit komersial dan ex. Bank Pundi dan Bank Eksekutif masing-masing turun 15,2 persen yoy dan 9,3 persen yoy.
Bank Banten mencatat penurunan rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) pada kuartal I/2020 menjadi 5,04 persen (gross) dan 4,15 persen (net).
"Secara garis besar kami sudah mulai membaik, daripada saat 2016 dan 2017, kami sebetulnya terus meningkat dari aset Rp5 triliun menjadi Rp8 triliun," katanya dalam live conference, Kamis (30/4/2020).
Menurutnya, salah satu skenario yang disiapkan Bank Banten adalah mengurangi biaya operasional rata-rata menjadi 10,6 persen pada 2021 dari posisi akhir 2019 yang sebesar 14,79 persen. Skenario tersebut akan tercapai dengan melakukan ekspansi kredit hingga Rp2,028 triliun sebagai break even point perusahaan.
Setidaknya, ekspansi tersebut dapat dicapai apabila Bank Banten mendapatkan permodalan senilai Rp500 miliar.
Adapun, rencana penambahan pemodalan tersebut akan dilakukan dengan menerbitkan obligasi penawaran umum terbatas (PUT) dalam dua tahap yakni tahap pertama senilai Rp500 miliar pada Juni 2020 dan kedua senilai Rp700 miliar pada akhir 2020 atau paling lambat awal 2021.
"Kami sudah merencanakan pada Juni karena virus corona kami mungkin akan melakukan penundaan karena kondisi ini sulit," katanya.
Sebagai informasi, sebelumnya Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengumumkan rencana penggabungan atau merger PT Bank Pembangunan Daerah Banten Tbk. (Bank Banten) ke dalam PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk. (Bank BJB).
Rencana merger tersebut telah dituangkan dalam Letter of Intent (LOI) yang ditandatangani pada Kamis (23/4/2020) oleh Gubernur Banten Wahidin Halim selaku Pemegang Saham Pengendali Terakhir Bank Banten dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil selaku Pemegang Saham Pengendali Terakhir Bank BJB.
Hal-hal teknis yang berkaitan dengan Letter of Intent tersebut akan ditindaklanjuti dengan Perjanjian Kerja Sama kedua belah pihak.