Bisnis.com, JAKARTA - Ada banyak opsi bagi perbankan di Indonesia untuk menekan pengeluaran di tengah pandemi Covid-19 yang dapat berpotensi menurunkan profit.
Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan bank harus menekan pengeluaran dari sisi suku bunga. Apalagi, pengeluaran dari suku bunga mencapai 37 persen dari total pengeluaran bank. Penurunan suku bunga memang langkah yang cenderung berisiko lantaran perbankan membutuhkan likuiditas.
Hanya saja perlu dicatat, bank juga bersaing dengan obligasi pemerintah untuk mendapatkan likuiditas. Alhasil, pemotongan biaya bunga ini diperkirakan cenderung tidak akan menjadi alternatif oleh perbankan di saat likuiditas cenderung ketat.
"Alternatif pertama yaitu suku bunga, tetapi merupakan langkah yang cenderung berisiko," katanya kepada Bisnis, Senin (4/5/2020).
Ada opsi lain yang bisa dilakukan bank, yakni menunda investasi dan ekspansi yang cenderung bersifat jangka panjang. Dalam hal ini, dapat diperkirakan bahwa ekspansi-ekspansi yang akan dilakukan bank seperti pembukaan cabang baru, atau pembangunan fisik lainnya, akan tertunda.
"Pengembangan teknologi pun diperkirakan akan ikut tertunda seiring dengan kebutuhannya yang cenderung belum mendesak," sebutnya.
Baca Juga
Pengamat Ekonomi dari Perbanas Institute Piter Abdullah mengatakan bank memang harus meningkatkan efisiensi di tengah kondisi saat ini. Pengeluaran yang tidak perlu khususnya nonoperasional harus menjadi yang pertama dipangkas. Pengeluaran tersebut termasuk biaya entertainment direksi.
Bahkan, lanjutnya, bank juga bisa memotong biaya sumber daya manusia lewat pemotongan bonus. Langkah efisiensi lain yang dapat dilakukan bank adalah menurunkan bunga dana pihak ketiga (DPK).
"Kondisi bank berbeda-beda, mereka yang tahu pasti mana yang bisa dipotong. Utamanya adalah entertainment direksi, bonus-bonus, dan pengeluaran lain yang bisa ditangguhkan, termasuk pendidikan pelatihan pegawai," katanya.