Bisnis.com, JAKARTA - Konsultan pemasaran Markplus Inc. memperkirakan permintaan kredit di industri multifinance akan menunjukkan tren pertumbuhan pada kuartal ketiga dan keempat atau semester kedua tahun ini.
Founder dan Chairman Markplus Inc Hermawan Kertajaya menjelaskan pada saat ini, khususnya di kuartal pertama 2020 saat mulai menyebarnya Covid-19, industri secara umum masuk tahap berjuang agar selamat.
"Secara umum pada kuartal I/2020 itu industri surviving, kemudian kuartal lII akan servicing atau menyiapkan layanan terkait. Kemudian di kuartal III dan kuartal IV nanti akan masuk fase actualizing atau aktualisasi layanan sesuai kondisi, yaitu memenuhi protokol kesehatan termasuk di multifinance," ujarnya dalam MarkPlus Industry Roundtable sektor multifinance yang digelar secara daring, Selasa (16/6/2020).
Hermawan mencontohkan kondisi surviving dan servicing dalam industri seperti yang tengah terjadi di wilayah Bali, di mana industri pariwisata mengalami kemerosotan akibat Covid-19.
Banyak properti hotel dan sejenisnya di Pulau Dewata yang dijual oleh pemilik. Dia menilai maraknya penjualan aset properti di Bali itu menunjukkan pelaku bisnis itu tidak menguasai 'DNA' bisnis, sehingga melepaskan aset di masa sulit ini.
Padahal, berdasarkan hasil kajian Markplus, bila memiliki kejelian yang tepat dan keahlian bisnis sesuai bidangnya, pebisnis akan menyadari potensi yang datang di tengah kondisi pandemi, dan siap bangkit dengan layanan sesuai standar kesehatan, yang tentunya dapat membawa lini usahanya kembali sehat.
Sementara itu, dari hasil survei Markplus terhadap sektor multifinance atau pembiayaan menunjukkan sebanyak 48 persen responden ingin mengajukan kredit selama masa pandemi Covid-19. Sebanyak 39 persen merupakan debitur baru di masa pandemi dan 13 persen merupakan debitur aktif sebelum masa pandemi.
Survei tersebut dilakukan dengan melibatkan 91 responden, di mana sebanyak 48,4 persen berasal dari wilayahJabodetabek dan 51,6 persen di luar Jabodetabek.
Permintaan kredit yang diinginkan responden ini yaitu 47,3 persen berupa dana tunai atau kredit tanpa agunan, kemudian 31,9 persen adalah pembiayaan sepeda motor, 23,1 persen pembiayaan alat elektronik atau rumah tangga, dan sisanya 18,7 persen ingin mengajukan pembiayaan mobil.