Bisnis.com, JAKARTA - Rasio kredit bermasalah sektor mikro tercatat lebih rendah dibandingkan dengan sektor kecil dan menengah (UKM).
Berdasarkan laporan analyst meeting kuartal I/2020 Bank Mandiri, rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) mikro adalah sebesar 1,02 persen sedangkan segmen small medium enterprise (SME) sebesar 1,84 persen.
Direktur Hubungan Kelembagaan Bank Mandiri Donsuwan Simatupang mengatakan NPL KUR, yang menyalurkan kredit mikro, dan NPL SME perseroan terjaga di bawah industri. Hingga Mei 2020, rasio NPL di kedua sektor tersebut juga diyakini masih rendah meskipun dia tidak menjabarkan angka pasti.
Menurutnya, lebih rendahnya NPL di sektor mikro ketimbang SME tidak dapat menjadi acuan lebih karakter kedisplinan masyarakat yang meminjam KUR. Pasalnya, kualitas kredit sangat kompleks tidak hanya berkaitan dengan masalah kedisplinan debitur bersangkutan.
Donsuwan menilai kualitas kredit yang terjaga juga berkaitan dengan kinerja perseroan dalam menjaga risiko. Perseroan berupaya mengatur risiko agar kualiatas kredit tetap terjaga.
"Kualitas kredit sangat kompleks, bukan hanya isu disiplin," katanya kepada Bisnis, Kamis (25/6/2020).
Baca Juga
Hal senada disampaikan oleh Direktur Kredit BPD Bali I Made Lestara Widiatmika. Dia mengatakan NPL KUR juga masih terjaga hingga Mei 2020 dengan berada jauh di bawah industri.
Hingga Mei 2020, rasio kredit NPL KUR perseroan terjaga di kisaran 0,55 persen karena proses kredit yang tersaring baik sejak awal. Sementara itu, NPL gross UMKM adalah sebesar 4,41 persen.
Menurutnya, meskipun saat ini pariwisata Bali terhantam Covid-19 yang berujung pada pertumbuhan ekonomi negatif, BPD Bali masih mampu menjaga rasio kredit bermasalah.
"Kami bersyukur bahwa dengan proses kredit yang memang terfilter baik sejak awal, NPL KUR Bank BPD Bali secara total pada Mei 2020 masih terjaga dalam kualitas yang sehat," katanya.
Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Lando Simatupang mengatakan rasio NPL yang rendah pada segmen mikro bisa menunjukkan bahwa memang segmen tersebut resilien terhadap perubahan faktor eksternal.
Berdasarkan data NPL segmen UMKM Maret 2020 hingga dua tahun ke belakang, rasio kredit bermasalah UMKM mencapai 3,92 persen. Rasio NPL mikro terhadap UMKM tercatat 0,51 persen dan NPL Mikro terhadap baki mikro sebesar 2,02 persen.
"Secara umum ya [sektor mikro dan UMKM bisa bertahan di tengah pandemi] dan data menunjukkan mereka resilien," katanya kepada Bisnis, Kamis (25/6/2020).
Menurutnya, segmen mikro sangat menyentuh langsung rakyat kecil sehingga toleransi risiko bisa dilonggarkan. Terlebih, jumlahnya dari sisi portofolio masih kecil.
"Dengan sedikit tambahan rupiah untuk usaha mereka, itu sudah bisa me-leverage nasib mereka," katanya.