Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan teknologi finansial bidang pembiayaan alias fintech peer to peer (P2P) lending, PT Akseleran Keuangan Inklusif Indonesia (Akseleran) masih optimistis mampu membukukan kenaikan penyaluran pembiayaan.
Ivan Nikolas Tambunan, CEO & Co-Founder Akseleran menyatakan kendati sempat terkendala oleh dampak pandemi Covid-19, pihaknya masih optimistis angka penyaluran pembiayaan tahun ini mencapai target Rp1 triliun.
“Target kami di Rp1 triliun pada 2020. Pada semester I/2020 ini, kami sudah hampir Rp400 miliar, jadi mulai semester II kami kejar target Rp600 miliar. Tahun lalu kami berhasil menyalurkan Rp770 miliar, naik sedikit memang, karena dampak pandemi ini ekonomi masih akan sulit,” ujar Ivan, kepada Bisnis, Senin (13/7/2020).
Ivan menjelaskan setidaknya ada tiga hal yang menjadi kunci optimisme Akseleran dalam menggenjot target pada semester II/2020 ini. Pertama, karena ketika masa pandemi pun, komposisi penyaluran pembiayaan Akseleran ditopang sektor yang justru dibutuhkan ketika pandemi. Misalnya, proyek-proyek bantuan sosial, pelaku trading yang lepas dari pembiayaan perbankan atau multifinance.
“Jadi justru ada kesempatan P2P lending bisa masuk memperluas pangsa. Selain itu, kami juga masih akan mengandalkan sektor-sektor utama kita yang minim terdampak Covid-19, yaitu engineering, infrastruktur, mining, oil and gas, dan power. Terakhir, tentunya merangkul yang terus berjalan, seperti distribusi bahan pokok dan kesehatan, farmasi, obat-obatan,” tambahnya.
Namun demikian, Ivan mengakui beberapa sektor diproyeksi tetap sulit selama masa transisi dan masih akan menjauh dari pembiayaan P2P lending. Di antaranya, seperti manufakfur terutama yang mengambil bahan baku impor, dan yang berhubungan dengan leisure seperti restoran, perhotelan, dan travel.
Baca Juga
Kedua, optimisme tersebut karena menurut Ivan selama ini pihaknya sudah melakukan antisipasi dengan memperketat penyaluran pembiayaan sejak Januari 2020, yakni dengan memperbesar komposisi pembiayaan berbasis invoice financing.
“Tadinya 60% dari portofolio kami itu pre-invoice financing, jadi pelaku usaha baru dapat pekerjaan saja sudah bisa meminjam modal untuk mengerjakan proyeknya. Invoice financing kami cuma 30%. Sekarang, mulai 2020 ini posisinya sudah terbalik,” ungkap Ivan.
Namun, upaya pengetatan ini bukan berarti Akseleran mulai berniat menghentikan pembiayaan pre-invoice financing. Ivan menjelaskan apabila pelaku usaha mampu membuktikan memiliki cash flow yang baik, Akseleran tentu akan terus mengakomodasi.
Terakhir, optimisme timbul karena strategi yang telah dilakukan Akseleran mampu menekan angka kredit bermasalah, bahkan meningkatkan persentase tingkat keberhasilan pengembalian pada hari ke-90 (TKB90).
“Sekarang itu kami bisa meraih TKB90 96,33% dari total outstanding. Kalau dari total penyaluran, angka nonperforming loan [tingkat wanprestasi pengembalian di atas 90 hari/TWP90] kami 0,57% saja, padahal sebelum Covid-19 di akhir 2019 itu kami masih 0,7%,” tutupnya.