Bisnis.com, JAKARTA -- PT Akseleran Keuangan Inklusif Indonesia (Akseleran), platform fintech peer to peer (P2P) lending, mengaku permintaan pinjaman ke perseroan sudah mengalami peningkatan pada Juni.
Ivan Nikolas Tambunan, CEO dan Co-founder Akseleran, menjelaskan kini pihaknya terus gencar meningkatkan pendanaan.
"Kami mulai melihat peningkatan lagi. Pada Juni lalu jumlah penyaluran pinjman kami sudah naik ke lebih dari Rp65 miliar, sampai dengan akhir tahun kami targetkan penyaluran pinjman 2020 senilai Rp1 triliun atau naik 20 persen dari pencapaian tahun lalu," ujarnya Rabu (1/7/2020).
Menurutnya Akseleran saat ini sedang gencar menjaring pendanaan baik dari pemberi pinjaman retail, yang saat ini jumlahnya sudah lebih dari 120,000 pemberi pinjaman terdaftar, maupun dari pemberi pinjaman institusional.
Perseroan saat ini telah bekerja sama dengan beberapa institusi keuangan seperti Bank Mandiri, Bank J-Trust, beberapa BPR serta sejumlah perusahaan pembiayaan seperti Mandiri Tunas Finance, Saison Modern Finance, dan lainnya.
"Kami melihat pemberi pinjaman institusi juga sudah mulai kembali appetite-nya," ujarnya.
Baca Juga
Ivan memaparkan memang pada Februari sampai Mei lalu, penyaluran pinjaman mengalami penurunan sebesar 30 persen hingga 40 persen dari penyaluran di Januari atau sebelum sebelum terjadinya pandemi Covid-19.
Sepanjang Januari misalnya, Akseleran mengucurkan pinjaman senilai lebih dari Rp80 miliar, sedangkan Februari sampai Mei, penyaluran pinjaman sekitar Rp50 miliar lebih perbulannya.
"Hal ini terjadi baik karena kami mengetatkan kriteria asesmen kredit, maupun karena menurunnya minat pemberi pinjaman karena lebih konservatif selama masa pandemi," ujarnya.
Soal target kinerja, Akseleran sebelumnya mematok pemberian pinjaman di angka Rp1,5 triliun hingga Rp2 triliun. Namun, dampak pandemi ini membuat perseroan melakukan revisi target pemberian pinjaman yang akhirnya ditetapkan menjadi senilai Rp1 triliun sampai akhir tahun.
Sementara itu untuk program restrukturisasi kredit di Akseleran, saat ini tetap bisa diajukan, tetapi sifatnya pengajuan untuk perusahaan dan pemberi pinjaman pertimbangkan.
Ada sejumlah syarat yang ditetapkan seperti benar terdampak langsung Covid-19, lalu sebelumnya statusnya lancar, dan juga dampak yang terjadi terhadap usaha debitur sifatnya sementara.
"Di Akseleran sedikit jumlah restrukturisasi yang terjadi, hal ini dikarenakan kebanyakan pinjaman kami adalah invoice financing, yang sumber pembayaran pinjamannya sudah jelas, tinggal nunggu invoice dibayar saja," ujarnya.
Adapun menurut data OJK, penyaluran pinjaman oleh fintech P2P lending sampai April 2020 mencapai Rp106,06 triliun atau naik dibandingkan dengan periode Maret 2020 yang senilai Rp102,53 triliun.