Bisnis.com, JAKARTA — PT Asuransi Jiwasraya (Persero) mencatatkan defisit ekuitas hingga Rp34,61 triliun berdasarkan laporan keuangan tahun buku 2019 audited. Defisit tercatat semakin membesar dari posisi 2018 juga dari tahun-tahun sebelumnya.
Berdasarkan hasil audit oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) Kanaka Puradiredja, Suhartono, Jiwasraya memperoleh opini wajar tanpa pengecualian atau WTP dalam laporan keuangan 2019. Perseroan tercatat terakhir mempublikasikan laporan keuangan audited pada 2017.
Direktur Keuangan dan Investasi Jiwasraya Farid A. Nasution menjabarkan bahwa pada 2019 perseroan mencatatkan ekuitas negatif Rp34,61 triliun. Hal tersebut terjadi karena posisi aset pada akhir 2019 sebesar Rp18,13 triliun sedangkan kewajibannya berada di angka Rp52,74 triliun.
"Laporan keuangan ini juga menggambarkan bahwa tingginya liabilitas Jiwasraya karena produk-produk masa lalu yang tidak mencerminkan produk asuransi yang wajar, karena memberikan garansi bunga tetap yang tinggi," ujar Farid pada Rabu (22/7/2020) di Jakarta, melalui keterangan resmi.
Catatan ekuitas negatif dalam laporan keuangan teranyar Jiwasraya mengalami pembengkakan dibandingkan posisi tahun sebelumnya. Berdasarkan data yang diperoleh Bisnis, Jiwasraya mengalami defisit ekuitas Rp10,2 triliun pada 2018.
Padahal, dalam laporan keuangan beberapa tahun sebelumnya Jiwasraya selalu mencatatkan ekuitas positif, yakni Rp5,61 triliun pada 2017, Rp5,44 triliun pada 2016, Rp3,41 triliun pada 2015, Rp2,43 triliun pada 2014, Rp1,79 triliun pada 2013, dan Rp1,65 triliun pada 2012.
Baca Juga
Meskipun begitu, berdasarkan data keuangan Jiwasraya yang diperoleh Bisnis, terdapat temuan defisit ekuitas Jiwasraya dalam beberapa tahun. Misalnya, pada 2012 terdapat temuan defisit ekuitas Rp3,2 triliun meskipun dalam pembukuannya ekuitas tahun tersebut positif.
Bisnis memperoleh data temuan tersebut dalam beberapa tahun yang terpisah atau tidak secara berurutan. Dalam dokumen tersebut terdapat dua keterangan, yakni ekuitas dan ekuitas objektif yang merujuk kepada hasil pemeriksaan lebih mendalam.
Berdasarkan data tersebut, pada 2002 terdapat catatan ekuitas Rp340 miliar tetapi ekuitas objektifnya defisit Rp2,9 triliun. Pada 2004 ekuitasnya senilai Rp400 miliar tetapi ekuitas objektifnya defisit Rp2,76 triliun, lalu pada 2005 pun ekuitas senilai Rp380 miliar tetapi ekuitas objektifnya Rp2,51 triliun.
Setelah itu, catatan ekuitas dan ekuitas objektif ditemukan dalam beberapa tahun selanjutnya, yakni 2006 Rp430 miliar dan defisit Rp3,29 triliun, 2008 Rp440 miliar dan defisit Rp5,7 triliun, 2009 Rp800 miliar dan defisit Rp6,7 triliun, 2011 Rp1,4 triliun dan defisit Rp4,9 triliun, serta 2012 Rp1,65 triliun dan defisit Rp3,2 triliun.
Direktur Utama Jiwasraya Hexana Tri Sasongko menambahkan bahwa manajemen baru Jiwasraya bersama Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Kementrian Keuangan sedang menyusun rencana strategis terbaru perbaikan kinerja perusahaan yang akan diimplementasikan ke dalam program restrukturisasi polis.
"Restrukturisasi merupakan agenda utama penyehatan perusahaan dan akan segera dimulai. Keberhasilan restrukturisasi membutuhkan dukungan semua pihak dan saya mohon kerjasama yang sebelumnya sudah berjalan baik," ujar Hexana.