Bisnis.com, JAKARTA -- PT Bank Central Asia Tbk. memastikan proses akuisisi PT Bank Rabobank International Indonesia selesai pada akhir bulan ini. Meski demikian, perseroan masih enggan menyebutkan rencana lanjutan seusai mencaplok bank asal Belanda tersebut.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan perseroan akan fokus pada penyelenggaraan rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPS-LB) pada akhir Juli 2020 untuk merampungkan proses akuisisi tersebut.
"Kami fokus penyelesaian akuisisinya, baru setelah itu kami fokuskan rencana berikutnya," katanya dalam paparan kinerja semester I/2020 BCA, Senin (27/7/2020).
Baca Juga : BCA Raup Laba Rp12,2 Triliun |
---|
Jahja mengklaim proses penggabungan tidak begitu sulit. Setelah proses akusisi selesai, perseroan hanya perlu melakukan kalkulasi potensi pengembangan bank tersebut dan dapat dengan mudah memutuskan memutuskan rencana lanjutannya.
"Yang penting, itu sudah menjadi anak usaha kami," imbuhnya.
Berdasarkan catatan Bisnis, jumlah nasabah Rabobank telah menyusut tajam tahun lalu. Per November 2019 debitur perseroan tersisa 75 dengan saldo pinjaman Rp1,8 triliun, sedangkan deposan tersisa 1.153 nasabah dengan saldo dana pihak ketiga (DPK) Rp197 miliar.
Padahal, pada Desember 2018 debitur Rabobank masih sebanyak 948 pihak dengan kredit senilai Rp10,5 triliun, sedangkan deposan ada 16.019 nasabah dengan DPK senilai Rp7,8 triliun.
Berdasarkan laporan keuangan bulanan Desember 2018, perseroan mencatatkan kerugian senilai Rp543,91 miliar. Satu penyebabnya adalah melonjaknya beban kerugian penurunan nilai aset keuangan (impairment) pada kredit sebanyak 260,2 persen menjadi Rp603,87 miliar.
Sebagai informasi, BCA sebelumnya membuka potensi merger Rabobank Indonesia dengan PT Bank BCA Syariah.
"Tanggal 30 Juli ini akan [ada informasi] akuisisi Rabobank. Memang akan ada rencana merger dengan salah satu anaknya BCA, tapi sabar saja. Sebentar lagi akan ada kabar yang luar biasa menarik," kata Presiden Direktur BCA Syariah John Kosasih dalam kesempatan terpisah.