Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Panin Dubai Syariah Tbk. menyampaikan sertifikat pemeringkatan atas perseroan periode 3 Agustus 2020 sampai dengan 1 Agustus 2021.
Berdasarkan pengumuman di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa (4/8/2020), PT Pefindo menyematkan peringkat idA+ dengan outlook stabil terhadap Bank Panin Dubai Syariah untuk periode 3 Agustus 2020 sampai dengan 1 Agustus 2021.
Peringkat tersebit diberikan berdasarkan data dan informasi dari perusahaan serta laporan keuangan tidak diaudit per 30 Juni 2020 dan laporan keuangan audit per 31 Desember 2019.
"Obligor dengan peringkat A memiliki kemampuan yang kuat dibandingkan obligor Indonesia lainnya untuk memenuhi komitmen keuangan jangka panjangnya. Walaupun demikian, kemampuan obligor mungkin akan mudah terpengaruh oleh perubahan buruk keadaan dan kondisi ekonomi dibandingkan oblogor dengan peringkat lebih tinggi," terang Direktur Utama Pefindo Salyadi Saputra.
Dijelaskannya, tanda tambah (+) menunjukkan bahwa peringkat yang diberikan relatif kuat dan di atas rata-rata kategori yang bersangkutan.
Peringkat atas perusahaan tidak berlaku untuk suatu efek utang tertentu yang dikeluarkan perusahaan karena tidak memperhitungkan struktur serta berbagai ketentuan (provision) dari efek utang tersebut, tingkat perlindungan dan posisi klaim dari pemegang efek utang bila emitennya mengalami likuidasi, serta legalitasnya.
Di samping itu, peringkat atas perusahaan tidak memperhitungkan kemampuan penjamin, pemberi asuransi, atau penyedia credit enhancment lainnya yang ikut mendukung suatu efek utang tertentu.
Dari sisi kinerja, Bank Panin Dubai Syariah membukukan total aset senilai Rp10,60 triliun atau naik 11,96 persen secara tahunan pada kuartal kedua tahun ini. Hal ini utamanya ditopang pembiayaan yang tumbuh sebesar 13,85 persen, sedangkan dana pihak ketiga tumbuh 2,17 persen secara tahunan.
Perseroan mengakui tren tersebut sudah mengalami perlambatan dibandingkan dengan posisi akhir tahun 2019 seiring dengan perlambatan ekonomi dampak pandemi virus corona.
Adapun, dari sisi rentabilitas perseroan membukukan laba sebelum pajak Rp2,10 miliar. Namun, tetap ada perkembangan perbaikan kualitas pembiayaan membaik dengan rasio NPF net turun menjadi 2,59 persen dibandingkan dengan periode sama tahun lalu sebesar 3,41 persen.
Di samping itu, untuk mengantisipasi dampak Covid-19, perseroan tengah fokus melakukan restrukturisasi pembiayaan.