Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Crowde Targetkan Penyaluran Dana Rp150 Miliar ke Sektor Pertanian

Hingga Agustus 2020, penyaluran pinjaman dari Crowde untuk sektor pertanian mencapai RP125,74 miliar.
CEO Crowde Yohanes Sugihtononugroho (kanan) bersama Investment Manager Gree Ventures Samir Chaibi (kiri) di Jakarta, Senin (15/10)./Bisnis-N. Nuriman Jayabuana
CEO Crowde Yohanes Sugihtononugroho (kanan) bersama Investment Manager Gree Ventures Samir Chaibi (kiri) di Jakarta, Senin (15/10)./Bisnis-N. Nuriman Jayabuana

Bisnis.com, JAKARTA – Perusahaan rintisan teknologi finansial peer to peer lending, Crowde menyatakan untuk menutup tahun ini dengan target penyaluran dana ke petani hingga Rp150 miliar. 

Head of Marketing Crowde Afifa Urfani mengatakan bahwa perusahaan optimistis mencapai target penyaluran dana, karena masih besarnya peluang untuk penyaluran pinjaman di sektor pertanian.

Menurutnya, hal ini didasari jumlah pemain fintech lending di sektor tersebut yang masih terbatas. Adapun, berdasarkan catatan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Maret 2020, jumlah dari pemain yang menyasar sektor pertanian berjumlah 5 perusahaan, yaitu iGrow, iTernak, Crowde, TaniFund, dan DanaLaut.

“Hingga [Agustus] saat ini realisasi penyaluran pinjaman [ke sektor pertanian] adalah Rp125,74 miliar dan target kami menutup tahun ini dengan target penyaluran hingga Rp150 miliar,” kata Afifa saat dihubungi Bisnis melalui surat elektronik, Selasa (8/9/2020). 

Afifa pun mengatakan bahwa selama pandemi Covid-19 perusahaan melaksanakan aksi preventif kredit macet dan aksi solutif kredit macet. Solusi tersebut diterapkan untuk membantu pelaku usaha tani atau peminjam yang mengalami kesulitan force majeure sehingga dapat meminimalisir risiko gagal bayar. 

“Kami memberikan kesempatan restrukturisasi kredit atau dengan membantu memperlancar proses klaim asuransi kredit yang sudah ada. Sedangkan solusi preventif yang kami terapkan adalah memperkuat peran aktor-aktor dalam ekosistem cashless Crowde dalam memberdayakan satu sama lain secara optimal,” jelasnya.

Lebih lanjut, dia menjelaskan bahwa sebelum pandemi, usaha mereka untuk memitigasi risiko permodalan adalah dengan mengunci modal lewat akses p2p lending dan akses pasar dengan referral kepada partner offtaker

Adapun saat ini, Afifa mengatakan bahwa pilihan yang dipilih oleh perusahaan adalah dengan pendekatan kemitraan, yaitu selain dengan mencocokkan kualitas hasil panen, perusahaan memastikan ada kolaborasi yang adil dalam memenuhi kuantitas kebutuhan daya serap pasar. 

“Kami pun menghitung pembayaran dalam bentuk tonase dengan standar yang aman, agar saat harga yang fluktuatif ini sedang tinggi-tingginya, tidak membuat demotivasi pelaku usaha tani atau merusak harga pasaran lokal,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Akbar Evandio
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper