Bisnis.com, JAKARTA -- PT Bank Pembangunan Daerah Banten Tbk. (BEKS) memproyeksikan laba bersih pada 2021 dapat mencapai Rp58,65 miliar dari sebelumnya mengalami kerugian selama empat tahun berturut-turut.
Berdasarkan publikasi di Harian Bisnis Indonesia Kamis (10/1/2020), BEKS menilai pencapaian laba ini tidak dapat dipisahkan dari pentingnya penambahan modal melalui Penawaran Umum Terbatas (PUT) VI dengan target perolehan dana senilai Rp3 triliun. Total ekuitas perseroan pun diproyeksikan terus bertumuh dalam lima tahun mendatang menjadi Rp6,82 triliun pada 2024.
Lebih rinci, pada 2020, BEKS diproyeksikan masih mengalami rugi senilai Rp139,67 miliar dengan ekuitas Rp3,45 triliun. Pada 2021, BEKS baru akan memperoleh laba senilai Rp58,65 miliar dengan ekuitas Rp3,58 triliun dan pada 20202 laba senilai Rp165,01 miliar dengan ekuitas Rp5,72 triliun.
Selanjutnya, pada 2023, laba diproyeksi senilai Rp362,12 miliar dengan ekuitas Rp6,13 triliun dan pada 2024 diproyeksi laba akan mencapai Rp689,12 miliar dengan ekuitas Rp6,82 triliun.
Adapun dalam melakukan PUT VI, BEKS juga akan menerapkan reverse stock sebagai syarat minimum harga pelaksanaan Penambahan Modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD).
Adapun Bank Banten akan menerbitkan 60.820.296.033 lembar saham seri C melalui mekanisme PMHMETD dengan nominal Rp50 per lembar. Nominal tersebut setara 90,46 persen dari jumlah saham yang ditempatkan dan disetor penuh dalam Perseroan.
Bank Banten akan mengajukan persetujuan terlebih dahulu mengenai rencana reverse stock ini kepada RUPSLB yang akan digelar pada 2 Oktober 2020. Nantinya, akan dilakukan penggabungan nilai nominal saham Perseroan dengan rasio setiap 10 saham lama menjadi 1 saham dengan nilai nominal baru.
Reverse stock tersebut menyesuaikan dengan rencana penambagan modal Bank Banten oleh pemerintah provinsi berdasarkan Perda Banten Nomor 1/2020 tentang perubahan atas Perda Banten Nomor 5/2013 tentang Penambahan Penyertaan Modal ke Dalam Modal Saham Perseroan Terbatas Banten Global Development untuk Pembentukan Bank Pembangunan Daerah Banten senilai Rp1,55 triliun.
Hasil studi terhadap 36 perusahaan yang telah melakukan reverse stock pada 2000 sampai 2020 menunjukkan hasl analisa bahwa reverse stock berdampak negatif dari awal hingga 1 tahun pasca aksi korporasi. Hal yang menarik diamati bahwa 3-5 tahun, kinerja saham perusahaan yang melakukan reverse stock mengalami peningkatan rata-rata 35,45 persen (setelah 3 tahun) dan 55,05 persen (setelah 5 tahun).
Saham perusahaan yang melakukan reverse stock kemudian diikuti aksi korporasi lainnya yaitu rights issue berhasil mencatatkan kinerja yang baik mulai dari 3 bulan pasca rights issue dengan peringkatan rata-rata di atas 76,92 persen setelah lima tahun.
Dampak reverse stock terhadap harga saham adalah harga saham meningkat dari Rp50 menjadi Rp500, di mana kepemilikan saham yang dimiliki juga berubah proporsional yang dimiliki. Contoh, investor A memiliki saham BEKS dengan jumlah 100 lembar, maka jumlah kepemilikan lembar saham yang dimiliki setelah reverse stock adalah 10 lembar.
Nilai absolute yang dimiliki investor tidak berubah yaitu Rp5.000 sebelum (Rp50 x 100 lembar) dan sesudah reverse stock (Rp500 x 10 lembar). Dampak pasca reverse stock bervariasi di mana secara empiris akan mengalami penurunan wajar mengikuti mekanisme pasar. Namun, juga berpeluang mengalami peningkatan tegantung pada aspek penting yaitu positifnya aksi korporasi yang akan dilakukan setelah reverse stock.