Bisnis.com, JAKARTA - Pandemi Covid-19 telah menyebabkan roda ekonomi di hampir seluruh belahan dunia mengalami resesi, tak terkecuali Indonesia. Suatu negara dikatakan resesi jika mengalami pertumbuhan ekonomi negatif selama dua kuartal berturut-turut.
Perekonomian Indonesia pada kuartal satu dan dua tahun 2020 masing-masing tumbuh 2,97 persen dan minus 5,32 dibandingkan periode yang sama tahun yang lalu. Pada kuartal tiga, pertumbuhannya diperkirakan akan lebih rendah.
Penurunan pertumbuhan ekonomi ini disebabkan akibat turunnya sisi produksi, rendahnya daya beli masyarakat, dan melonjaknya tingkat pengangguran.
Dengan kondisi resesi saat ini, memiliki dana darurat itu penting. Namun, tak setiap individu siap dan memiliki dana darurat yang memadai. Lalu bagaimana cara menyikapi resesi terhadap kondisi keuangan kita?
“Memiliki perencanaan keuangan yang matang sangatlah penting dalam menghadapi situasi resesi seperti saat ini. Hal ini dapat menghindari pengeluaran yang tak dibutuhkan, selain itu juga mempersiapkan diri untuk memiliki dana darurat,” ungkap Franky Chandra, co-founder dan Chief Investment Officer FUNDtastic dalam keterangan tertulis, Senin (12/10/2020).
Perencanaan keuangan dengan matang, berarti ‘membedah’ dan mencatat kondisi keuangan, baik pemasukan rutin dan pengeluaran pokok.
Baca Juga
Pengeluaran pokok merupakan kewajiban yang harus dikeluarkan setiap bulannya, utamanya kebutuhan primer, lalu kemudian juga pengeluaran rutin termasuk cicilan kredit produktif (KPR, kredit investasi, kredit modal kerja), biaya asuransi atau beban kesehatan, maupun kredit konsumtif.
Jika pemasukan dikurangi pengeluaran pokok, masih terdapat sisa dana yang memadai, maka bisa mulai merencanakan tujuan keuangan kedepan. Namun, apabila keadaan sebaliknya dimana pengeluaran lebih besar daripada pendapatan, maka diperlukan perencanaan keuangan yang lebih baik. Misalnya dengan memilah mana yang benar-benar merupakan pengeluaran untuk kebutuhan dan mana yang merupakan keinginan semata.
Menentukan perencanaan keuangan tergantung dengan kebutuhan dan target setiap orang, misalnya untuk pendidikan anak sekolah, kuliah, kebutuhan pensiun, dana darurat atau kebutuhan masa depan lain. Jika masih terdapat kelonggaran dana, maka bisa merencanakan hal lainnya, seperti jalan-jalan atau buka bisnis sampingan baru.
Franky menambahkan, proteksi baik itu asuransi jiwa maupun kesehatan sebaiknya juga penting agar tujuan keuangan tetap dapat berjalan tanpa terhambat.
Adapun, kebutuhan dana darurat idealnya sebesar enam bulan dari pengeluaran pokok. Namun, jika belum memiliki dana darurat yang ideal dengan kondisi resesi saat ini, tak perlu tergesa-gesa memenuhi kebutuhan dana darurat tersebut
Jika belum ada dana darurat, Franky tak menyarankan untuk tergesa-gesa memenuhi kebutuhan dana darurat, melainkan dana darurat bisa diatur tergantung kondisi keuangan individu, baik itu dalam 1 tahun hingga 5 tahun.
Sebagai contoh, jika memiliki pengeluaran pokok selama ini sebesar Rp20 juta per bulan, maka, dana darurat yang diperlukan adalah Rp120 juta dengan menggunakan pendekatan enam kali pengeluaran.
Namun, dana darurat ini bisa dikumpulkan selama 5 tahun atau Rp2 juta per bulan, sehingga bisa memenuhi kebutuhan untuk rencana lainnya seperti untuk rencana kuliah anak Rp2 juta per bulan, kebutuhan pensiun sebesar Rp1,5 juta per bulan, serta kebutuhan keuangan lainnya seperti tabungan.
Di luar pengeluaran bulanan, asuransi kesehatan, BPJS, maupun perencanaan tujuan keuangan lainnya, apabila masih terdapat ‘dana menganggur’, maka ada baiknya diproteksi dengan asuransi jiwa atau asuransi pendidikan tergantung dari tujuan keuangan yang sedang dikejar. Dengan demikian, kondisi hidup sudah cukup aman dan tujuannya dapat tercapai sesuai jangka waktu yang direncanakan.
Untuk menabung dana darurat dan mencapai rencana keuangan tersebut, bisa dilakukan dengan memanfaatkan beberapa produk investasi yang ada, baik berupa reksa dana pasar uang, obligasi, saham, maupun logam mulia.
"Semua produk investasi ini tersedia dalam satu platform yakni FUNDtastic, platform pengatur keuangan dan financial planner di Indonesia. Bagi mereka yang masih memiliki pendapatan ‘utuh’ di saat Covid-19, sebaiknya lebih bijak dalam mengelola keuangan, terutama dalam kondisi krisis saat ini. Memang setiap krisis ada opportunity, tapi alangkah baiknya jika bisa mempersiapkan dana kas secara benar,” tutup Franky.