Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Separuh Bank Syariah Cetak Kenaikan Laba Kuartal III/2020. Siapa Juaranya?

Berdasarkan statistik perbankan syariah Otoritas Jasa Keuangan (OJK), tercatat ada 14 bank umum syariah. Total laba bersih bank syariah senilai Rp2,68 triliun per kuartal III/2020 atau turun 9,25% secara year on year (yoy).
Karyawan menanta uang rupiah di kantor cabang Bank BRI syariah, Senin (3/7/2017). Bisnis/Abdullah Azzam
Karyawan menanta uang rupiah di kantor cabang Bank BRI syariah, Senin (3/7/2017). Bisnis/Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA - Laba bank umum syariah masih melanjutkan koreksi pada kuartal III/2020. Meski begitu, peluang perbaikan laba tetap terbuka melalui efisiensi sebagai kuncinya.

Berdasarkan statistik perbankan syariah Otoritas Jasa Keuangan (OJK), tercatat ada 14 bank umum syariah. Total laba bersih bank syariah senilai Rp2,68 triliun per kuartal III/2020 atau turun 9,25% secara year on year (yoy).

Dari jumlah itu, separuh bank umum syariah mencetak kenaikan laba, sedangkan sisanya membukukan penurunan laba. PT Bank BRIsyariah Tbk. membukukan kenaikan laba tertinggi yakni 237,55% yoy menjadi Rp190,58 miliar.

Namun secara nominal laba, PT Bank Syariah Mandiri mencetak perolehan laba terbesar yakni Rp1,07 triliun atau tumbuh 22,66% yoy. Mandiri Syariah sekaligus menjadi pemilik aset terbesar di antara bank umum syariah yakni Rp119,43 triliun.

Adapun, penurunan laba terdalam dialami PT Bank Panin Dubai Syariah Tbk. sebesar 97,05% yoy menjadi Rp244 juta, sekaligus perolehan laba paling kecil di antara bank umum syariah lainnya.

Pengajar Studi Ekonomi Islam dari Universitas Indonesia Banjaran Surya Indrastomo mengatakan secara umum seluruh bank mengalami tekanan penurunan kualitas pembiayaan akibat pandemi Covid-19. Sebagai langkah antisipatif, bank melakukan pencadangan yang otomatis menggerus laba karena alokasi pencadangan. Adapun, kebijakan pencadangan setiap bank berbeda, meski ada best practise nya.

Lebih lanjut, peluang perbaikan laba tetap terbuka. Dia memperkirakan perbaikan laba akan membutuhkan waktu sekitar dua kuartal mengingat fokus perbankan adalah pada perbaikan pembiayaan existing. Begitu ekonomi membaik dan debitur telah mulai menyanggupi atau mau direstrukturisasi, kemungkinan laba bisa terkoreksi positif dan penyaluran pembiayaan seperti sedia kala dapat dilakukan.

"Pada saat seperti ini, bank consumer atau bank yang punya basis deposit kuat mengoptimalkan fee based income dan potential cross selling sampai kegiatan traditional banking dapat kembali normal. Efisiensi menjadi kunci," terangnya, Sabtu (14/11/2020).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Azizah Nur Alfi
Editor : Ropesta Sitorus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper