Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gelontorkan Rp682 Triliun, Bos BI Sebut Terbesar di Antara Emerging Market

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan injeksi likuiditas tersebut setara dengan 4,4 persen produk domestik bruto (PDB) Indonesia.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan keterangan melalui streaming di Jakarta, Rabu (18/8/2020), Dok. Bank Indonesia
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan keterangan melalui streaming di Jakarta, Rabu (18/8/2020), Dok. Bank Indonesia

Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) mencatat realisasi penambahan likuiditas di perbankan atau quantitative easing (QE) telah mencapai Rp682 triliun.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan injeksi likuiditas tersebut setara dengan 4,4 persen produk domestik bruto (PDB) Indonesia. Bahkan, imbuhnya, stimulus ini merupakan yang terbesar di antara negara-negara emerging market.

"BI telah melakukan quantitative easing Rp682 triliun atau 4,4 persen PDB, stimulus moneter terbesar di antara emerging market," katanya, Kamis (3/12/2020).

Longgarnya likuiditas ini diharapkan dapat mendukung penyaluran kredit di perbankan. Di samping itu, BI juga memberikan dukungan dalam bentuk kebijakan suku bunga.

Suku bunga acuan BI telah dipangkas sebesar 125 basis poin sejak awal 2020, menjadi 3,75 persen. Tingkat suku bunga ini pun terendah sepanjang sejarah Indonesia.

Perry meminta industri perbankan untuk gerak cepat dalam merespon penurunan suku bunga acuan BI tersebut. "Sudah saatnya bank turunkan suku bunga sebagai komitmen bersama untuk pemulihan ekonomi nasional," ujarnya.

Adapun untuk 2021, Perry mengatakan stimulus kebijakan moneter akan tetap berlanjut sehingga pemulihan ekonomi dapat semakin terakselerasi.

Stabilitas nilai tukar rupiah akan terus dijaga sesuai dengan fundamentalnya dan mekanisme pasar. Kemudian, BI juga akan tetap menerapkan kebijakan suku bunga rendah hingga tekanan terhadap inflasi meningkat.

Inflasi pada tahun ini diperkirakan akan berada pada tingkat yang rendah, jauh di bawah batas kisaran target BI sebesar 2 hingga 4 persen. Pada 2021, tingkat inflasi diperkirakan akan kembali berada pada kisaran 3±1 persen.

"Suku bunga akan tetap rendah sampai muncul tanda-tanda tekanan inflasi akan meningkat. Suku bunga BI yang sekarang 3,75 persen terendah sepanjang sejarah," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Maria Elena
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper