Bisnis.com, JAKARTA - Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira menilai permintaan pembiayaan untuk kebutuhan akhir tahun tak akan seperti biasanya.
Pasalnya, akhir tahun yang identik dengan periode belanja dan liburan bagi masyarakat tak bisa dilakukan secara leluasa di tengah pandemi Covid-19.
"Ini kan ada tren memang ada pergeseran [belanja] ke e-commerce, tapi masih terbatas, pangsanya baru 5 persen dari total retail. Belanja di supermarket, minimarket, pasar tradisional itu masih akan turun," ujarnya kepada Bisnis, Rabu (2/12/2020).
Selain daya beli masyarakat masih akan tertahan oleh keadaan pandemi, liburan dan hiburan pun makin terbatas akibat pemerintah resmi memangkas cuti bersama sebanyak tiga hari yaitu tanggal 28, 29 dan 30 Desember 2020.
"Jadi yang biasanya kelas menengah atas itu menggunakan fasilitas pembiayaan untuk membeli tiket, kredit buat belanja baju, bayar hotel, restoran, sekarang masih belum bisa. Apalagi masih ada kenaikan juga nih dari kasus Covid-19. Jadi Kredit untuk konsumtif itu kelihatan masih tertahan," kata Bhima.
Oleh sebab itu, menurut Bhima, kebangkitan dari permintaan kredit barang-barang konsumtif paling tidak baru bisa bangkit lagi pada kuartal I/2021.
Menurutnya, hal itu didorong kembali bangkitnya sektor riil, dan asumsi vaksin Covid-19 yang mulai didistribusikan.
"Industri manufaktur sudah mulai bergerak lagi, terlihat simpanan di atas Rp5 miliar mengalami penurunan. Jadi uang sudah keluar dari bank untuk masuk ke sektor riil. Mungkin dalam beberapa bulan ke depan masyarakat mulai belanja lagi, mulai berani mengambil DP kredit buat kebutuhan-kebutuhannya lagi, bangkitnya dari sana," paparnya.