Bisnis.com, JAKARTA - Strategi pendanaan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. ke depan akan difokuskan pada penghimpunan dana pihak ketiga (DPK), terutama dana murah.
Direktur Keuangan BRI Haru Koesmahargyo mengatakan saat ini likuiditas BRI dalam kondisi yang memadai dengan LDR terjaga di level 83,31 persen per Oktober 2020. Serta LCR di level 248,8 persen, di atas ketentuan minimum regulator 100 persen.
Dengan kondisi likuiditas tersebut, BRI masih memiliki kemampuan untuk ekspansi bisnis dan memenuhi kewajiban surat utang korporasi.
Baca Juga : Dorong Akselerasi UMKM Go Global, Business Matching BRI Catatkan Nilai Kontrak Pembelian US$59 Juta |
---|
Ke depan, strategi funding BRI akan tetap difokuskan pada penghimpunan dana pihak ketiga, khususnya dana murah (current account saving account/CASA), dengan optimalisasi transaksi nasabah melalui e-channel, e-banking, dan branchless banking (Agen BRILink).
"Namun demikian, penerbitan obligasi tetap menjadi strategi alternatif dalam menjaga likuiditasnya melalui diversifikasi funding, selain penghimpunan DPK dengan tetap mempertimbangkan kondisi likuiditas dan kondisi market," katanya.
Kredit BRI diperkirakan bisa tumbuh kisaran 4-5 persen pada 2021. Perseroan tetap fokus pada segmen UMKM, mikro, dan ultra mikro.
Secara sektor usaha, BRI fokus di pertanian terutama pangan dan obat-obatan, serta sektor yang terkait alat kesehatan, untuk menumbuhkan kredit.
Adapun, penerbitan surat utang perbankan yang minim pada tahun ini diperkirakan berlanjut pada tahun depan. Bank lebih mengoptimalkan likuiditas yang ada untuk mendukung ekspansi bisnisnya.
Direktur Utama Pefindo Salyadi Saputra mengatakan penerbitan surat utang oleh perbankan turun cukup tajam pada tahun ini, dari Rp24,29 triliun pada 2019 menjadi Rp7,89 triliun per 30 November 2020.
Sampai dengan 10 Desember 2020, mandat yang diterima Pefindo namun belum terealisasi mencapai Rp44,69 triliun. Dari jumlah itu, sebesar 10,52% berasal dari sektor perbankan.
Dia mengatakan penerbitan surat utang yang minim terjadi lantaran pertumbuhan kredit hampir tidak ada. Likuiditas bank cukup kuat sehingga tidak ada kebutuhan tambahan pendanaan dari surat utang.
Pada tahun depan, perbankan diperkirakan akan mengoptimalkan likuiditas yang ada untuk mendukung pertumbuhan bisnisnya, sebelum menerbitkan surat utang.