Bisnis.com, JAKARTA - Setidaknya 12 aplikasi atau platform layanan investasi secara digital terbilang populer di kalangan masyarakat Indonesia.
Hal ini terungkap dalam survei DSResearch bertajuk Fintech Report 2020 'Maintaining Growth during Pandemic' terkait platform teknologi finansial (fintech), dikutip Bisnis, Minggu (27/12/2020).
Riset yang digelar bersama CIMB Niaga, Ayoconnect, dan Investree ini melibatkan 1.434 responden terbagi yang sangat paham dan mengetahui soal fintech (8,6 persen), tahu dan paham (18,5 persen), dan cukup tahu (20,6 persen), serta 52,3 persen belum memiliki awareness terhadap fintech.
Dari para responden yang paham terhadap fintech dengan kisaran jumlah 700 orang, awareness terhadap layanan fintech investasi nyatanya mampu mencapai 57,3 persen. Hanya kalah dari fintech dompet digital (82,2 persen), dan paylater (72,5 persen).
Setidaknya, survei membuktikan ada empat platform yang mampu dikenal sekitar separuh dari responden. Agen Penjual Efek Reksa Dana (APERD) Bibit.id atau Bibit merajai tingkat total awareness dengan 65,8 persen. Disusul Bareksa (50,3 persen), E-mas (47,7 persen), dan Tanamduit (46,7 persen).
Adapun secara top of mind, atau responden sendiri yang kenal dan menyebutkan nama platform, Bibit pun merajai dengan dikenal 21,7 persen responden. Pesaingnya, Bareksa, lagi-lagi menjadi runner-up dengan 6,6 persen, disusul platform investasi reksa dana dan saham Ajaib.co.id di posisi ketiga dengan 2,3 persen.
Baca Juga
DSResearch pun mengungkap fakta bahwa dibandingkan Fintech Report 2019, Bibit tampak menunjukkan kemajuan signifikan dari sisi awareness. Pasalnya, hanya dalam setahun, platform ini ternyata bisa naik ke posisi jawara mengalahkan para pesaingnya dari sebelumnya menempati posisi ketiga dengan 49,9 persen.
Adapun dari sisi pangsa pasar used platform, Bibit lagi-lagi merebut posisi puncak karena pernah digunakan 35,1 persen responden. Peringkat kedua diraih platform jual-beli emas online E-mas dengan 21,2 persen, kemudian Bareksa menempel ketat di 20,9 persen.
Sisanya, ada platform Tanamduit (16,2 persen), Pluang (14,7 persen), Ajaib (12,6 persen), Indopremier dengan beragam produknya (9,9 persen), Invisee (9,4 persen), Stockbit (7,6 persen), Xsaver (6,3 persen), Kelola (6,3 persen), dan Raiz Invest (6 persen).
Apabila para responden dirinci berdasarkan kelas pengeluaran bulanan, Bibit juga tampak mendominasi semuanya, dengan pengguna di kelas A (lebih Rp7,5 juta) sebanyak 36,1 persen, kelas B (Rp3 juta sampai 7,5 juta) sebanyak 35,1 persen, dan kelas C (kurang dari Rp3 juta) dengan 30,3 persen).
Pengguna di kelas A dan B ternyata kebanyakan juga memilih E-mas dengan persentase masing-masing 24,5 persen dan 21,8 persen. Tetapi E-mas hanya mampu menampung pengguna kelas C di angka 3 persen.
Pengguna E-mas mirip dengan platform Tanamduit yang mengakomodasi investasi reksa dana, surat berharga negara (SBN), hingga asuransi daring dan saham online, dengan pengguna di kelas A dan B mampu mencapai 18,4 persen dan 16,8 persen, namun kelas C hanya 3 persen.
Adapun, Bareksa tampak lebih seimbang dengan pengguna kelas A mencapai 23,1 persen, kelas B sebanyak 20,8 persen, dan kelas C mencapai 12,1 persen.
Platform lain yang mampu meraih keseimbangan, tetapi didominasi Kelas C, diraih Pluang dengan persentase penggunanya di kelas A, B, dan C masing-masing 16,3 persen, 12,9 persen, dan 18,2 persen. Serta, Indopremier yang masing-masing kelas mencapai 10,2 persen, 9,4 persen, dan 12,1 persen.
Terakhir, dari sisi sumber awareness dan promosi terefektif versi para responden, terbesar diraih sosial media (89,8 persen), artikel atau media online di internet (53,10persen), dan iklan di TV (36,7 persen).
Sisanya ada promosi dari mulut ke mulut (18,4 persen), billboard (14,3 persen), media cetak, tabloid, atau majalah (14,3 persen), dan aplikasi pesan instan (10,2 persen), serta media lain di bawah 10 persen, seperti pamflet, radio, dan promosi di pameran atau acara tertentu.