Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Pembangunan Daerah Banten Tbk. berhasil melaksanakan sejumlah perbaikan kinerja dan memperkuat permodalannya di tengah ketidakpastian ekonomi dan pandemi Covid-19.
Seperti diketahui, tahun lalu Bank Banten melaksanakan rangkaian aksi korporasi untuk memperkuat permodalannya melalui Penawaran Umum Terbatas (PUT) VI melalui skema Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau right issue.
Chandra Dwipayana, Corporate Secretary Bank Banten, mengatakan bahwa setidaknya 10% HMETD dalam PUT VI dilakukan investor ritel, dengan nilai mencapai Rp300 miliar.
“Bila dijumlahkan dengan right yang dilaksanakan oleh Pemerintah Banten melalui BGD [Banten Global Development], maka total lebih dari 60% right telah dilaksanakan dengan nilai Rp1,85 triliun,” katanya, Selasa (5/1).
Secara terpisah, Fahmi Bagus Mahesa, Direktur Utama Bank Banten, mengatakan bahwa penguatan permodalan dan dukungan Pemerintah Banten dan para pemangku kepentingan lainnya membuat perusahaan optimistis menyambut 2021.
“Fokus utama tentunya ekspansi bisnis untuk memenuhi skala usaha. Kemudian meningkatkan ketahanan institusi sebagai BPD, dengan ditopang oleh kredit konsumer sebagai mesin penggerak utama bisnis, penguatan likuiditas melalui diversifikasi pendanaan, menjaga kualitas kredit, serta transformasi digital,” katanya.
Baca Juga
Sepanjang 2015—2020 perusahaan dengan kode emiten BEKS itu memang konsisten menjadikan kredit konsumer sebagai tulang punggung pertumbuhannya, dengan postur pinjaman konsumsi mencapai 60% dari portofolio aset.
Sebagai BPD, lanjutnya, sewajarnya memang Bank Banten fokus kepada captive market-nya, yakni kredit konsumer yang memiliki margin cukup tinggi serta relatif aman.
BEKS juga berada pada posisi yang tepat dan memiliki keunggulan kompetitif untuk menangkap potensi pertumbuhan segmen kredit, serta segmen pembiayaan konsumsi di Banten.
“Dengan peta strategi dan potensi bisnis yang ada, Bank Banten memiliki rencana dan inovasi bisnis di segmen konsumer sekaligus meningkatkan kualitas pendanaan CASA,” ujarnya.
Menurutnya, sejumlah strategi yang akan dilaksanakan perusahaan merupakan upaya untuk meningkatkan peluang dalam mengembangkan bauran pendanaan melalui strategi segmentasi yang menitikberatkan pada penjaringan beberapa sumber elemen masyarakat banten dengan inovasi teknologi atau transformasi digital.
Transformasi Digital
Selain itu, Bank Banten tidak mau ketinggalan dalam menjadikan transformasi digital sebagai faktor utama dalam mendukung pencapaian bisnisnya. Alasannya, transaksi dengan layanan digital telah meningkat signifikan, khususnya sepanjang pandemi Covid-19.
Bank Indonesia mencatat transaksi digital tumbuh 37,8% dibandingkan dengan sebelum pandemi Covid-19. Hal ini menjadikan digitalisasi sebagai prasyarat mutlak perusahaan jasa keuangan dalam berkompetisi dan memanfaatkan peluang yang ada.
Laporan McKinsey pada 2019 yang dikutip oleh PowerCommerce.Asia juga menyebutkan transformasi digital akan menjadi kunci bagi perusahaan untuk memiliki keunggulan kompetitif berkelanjutan, khususnya di tengah tekanan pandemi.
Hal itu membuat BEKS terus mengembangkan big data dan business intelligence, sehingga dapat diselaraskan dengan kebutuhan dan perkembangan teknologi.
Saat ini, BEKS sendiri sedang menjadikan inisiatif strategis transformasi digital sebagai langkah strategis dan taktisnya yang ditargetkan dapat direalisasikan melalui saluran digital, serta branchless banking.
Sinergi dan kolaborasi dengan fintech untuk mengembangkan UMKM juga akan menjadi salah satu landasan untuk menciptakan model bisnis yang kompetitif, sekaligus berkontribusi dalam penciptaan pengganda perekonomian daerah.
Perusahaan membuka kemungkinan untuk memanfaatkan data kolaboratif untuk bisnis digital lainnya, seperti sistem pembayaran online atau cashless, serta layanan digital dan inovasi keuangan digital lainnya sebagai pendukung key driver pertumbuhan bisnis Bank Banten ke depan yang dapat diterapkan langsung pada segmen ritel dan komersial di BEKS.
Fahmi menyebutkan, manfaat rangkaian strategi perusahaan menuju digitalisasi perbankan tersebut mencerminkan peningkatan skala bisnis dan pembaruan strategi yang lebih efektif serta efisien dengan tetap memperhatikan manajemen risiko.
Untuk itu, nantinya BEKS akan membentuk pemisahan struktural yang secara khusus mengelola strategi transformasi digital.
Sejauh ini, peran BPD secara umum telah menunjukkan perkembangan yang positif melalui tren peningkatan aset, penyaluran kredit, NIM yang lebih tinggi dari bank umum, dan rasio BOPO yang lebih rendah dibandingkan dengan bank umum di Indonesia.
Provinsi Banten sendiri memerlukan BPD yang mandiri dan memiliki permodalan kuat untuk mendukung pembangunan di berbagai sektor, sekaligus mengelola Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
“Untuk menjawab kepercayaan besar dari segenap pemangku kepentingan, termasuk nasabah dan para pemegang saham, tentunya perbaikan kinerja yang didorong oleh kredit konsumsi, pendanaan ritel dan efisiensi operasional yang didukung oleh transformasi digital akan terlihat pada 2021, dimulai dari 3 bulan ke depan,” ucapnya.