Bisnis.com, JAKARTA — Meski belum menjadi pertimbangan utama industri asuransi jiwa, emiten berwawasan lingkungan, sosial, dan tata kelola (environment, social, and governance/ESG) dinilai dapat menjadi pilihan aset dasar untuk produk tematis di masa mendatang.
Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) Togar Pasaribu mengatakan saham memang menjadi salah satu pilihan bagi industri asuransi jiwa untuk menginvestasikan dana asuransi.
Adapun, pada pemilihan aset yang menjadi portofolio di perusahaan asuransi jiwa biasanya lebih menggunakan prinsip-prinsip dasar seperti potensi imbal hasil, risiko, serta tingkat likuditas suatu saham alih-alih mengacu pada indeks saham.
Baca Juga : Waduh, Klaim Asuransi Berpotensi Kena Pajak! |
---|
Menurutnya, aset pilihan investasi harus bisa memberikan return di atas deposito, sesuai dengan profil risiko asuransi jiwa, serta memiliki likuiditas tinggi agar dapat mengakomodasi pencairan klaim.
“Jadi, kami kembali pada prinsip investasi, sebetulnya enggak terlalu melihat dia masuk indeks apa, selama memenuhi tiga syarat tadi saham-saham yang masuk indeks ESG juga pasti buat kami menarik,” tutur Togar kepada Bisnis, akhir pekan lalu.
Akan tetapi, dia menilai keberadaan indeks-indeks saham sebagai hal yang baik karena dapat menjadi acuan bagi perusahaan asuransi, termasuk menjadi peluang produk baru, misalnya membuat asuransi jiwa yang bertema sesuai indeks tersebut.
“Sekarang memang belum ada produk asuransi tematis, tapi sepertinya itu bisa jadi inspirasi produk di masa depan, untuk tema seperti lingkungan hidup bisa kembali ke perusahaannya dan demand juga karena asuransi kan menganut hukum bilangan besar,” imbuhnya.