Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) mewaspadai adanya peningkatan risiko pada pasar keuangan Indonesia sejalan dengan terus meningkatnya imbal hasil surat utang pemerintah Amerika Serikat (AS) atau yield US treasury bertenor 10 tahun.
Direktur Eksekutif Departemen Ekonomi dan Kebijakan Moneter Bank Indonesia Yoga Affandi mengatakan yield US treasury diperkirakan akan terus meningkat seiring dengan optimisme perbaikan ekonomi di AS, namun hal ini dikhawatirkan akan mengganggu keseimbangan portofolio di pasar keuangan Indonesia.
“Yield US treasury 10 tahun sudah mulai meningkat, ini diperkirakan akan terus meningkat dan ini yang bisa kemudian mengganggu keseimbangan portfolio,” katanya dalam video conference, Rabu (24/2/2021).
Namun demikian, Yoga mengatakan kenaikan yield US treasury 10 tahun masih dalam tahap yang wajar jika dilihat secara historis, sehingga menurutnya tidak akan terlalu berdampak hingga mempengaruhi masuknya aliran modal asing.
“Kita harapkan tidak mengubah terlalu drastis untuk tahun ini,” jelasnya.
Yoga menyampaikan, BI akan terus memantau perkembangan AS sebagai bentuk kewaspadaan, apakah peningkatan yield treasury baru-baru ini bersifat temporer atau permanen, karena kondisi ini akan mempengaruhi respon dari Bank Sentral AS, The Fed.
Baca Juga
“Tapi kami mendengar Jay Powell [Ketua The Fed] mengatakan kebijakan akomodatif akan terus berlangsung sehingga melegakan dari sisi pasar finansial, setidaknya ini memberikan window of opportunity pada stabilitas nilai tukar di emerging market, termasuk di Indonesia,” jelasnya.
Yoga menambahkan, persepsi risiko di emerging market, termasuk Indonesia akhir-akhir ini cenderung terus menurun dan menurutnya kondisi ini sangat baik bagi pasar keuangan Indonesia, termasuk aliran modal asing yang terus mengalir dan nilai tukar terhadap dolar AS cenderung berada pada tingkat yang rendah.